Wednesday, October 29, 2008

Kristen Tauhid/Kristen Unitarian

Kristen Tauhid/Kristen Unitarian


Ada gebrakan baru yang mendobrak iman kristiani. Gerakan kalangan Kristen dengan spirit back to the Bible ini menamakan diri komunitas Kristen Tauhid (Kristen Unitarian).
Pemikiran yang memprotes dasar Iman Kristiani tentang Allah dan Yesus ini dituangkan oleh Frans Donald dalam buku Allah dalam Alkitab dan Al-Qur’an. Buku 97 halaman ini disambut dengan suka cita oleh Pendeta DR Tjahjadi Nugroho MA. Ketua Asosiasi Pendeta Indonesia ini menyebut buku tersebut sebagai buku yang “menohok keras salah satu isyu teologis mendasar” (hlm. 9).

Doktrin Yesus sebagai Allah yang sejati dalam Trinitas, ditelanjangi habis-habisan oleh Frans. Dari sisi sejarah, dipaparkan secara kritis bahwa doktrin ini adalah warisan secara turun-temurun dalam tradisi kekristenan sejak abad ke-4, saat kekristenan yang bertradisi Yahudi bercampur dengan peradaban Yunani dan Romawi yang politeistik (menyembah banyak dewa). Lantas, secara perlahan-lahan tradisi tauhid dibelokkan oleh filsafat Yunani menjadi ajaran Trinitas. Doktrin ini ditradisikan selama belasan abad dan telah mendarah daging sehingga para pendeta dan pastur banyak yang tidak tahu asal-mula doktrin tersebut. Para pendeta dan pastur itu meyakini doktrin Trinitas, bahwa Yesus sebagai oknum kedua dari keallahan (ketuhanan), sebagai ajaran Alkitabiah (sesuai dengan ajaran Alkitab/Bibel). Padahal ajaran ini terbukti tidak sesuai dengan Alkitab, sehingga dinilai tidak Alkitabiah alias salah doktrin. (hlm. 37).

Pada halaman berikutnya, Frans membeberkan dalil-dalil Bibel untuk membuktikan bahwa Yesus bukan Allah, antara lain: Yohanes 12:49-50 menyebutkan Allah mengutus/memerintah Yesus, berarti Allah dan Yesus adalah dua entitas yang berbeda. Yohanes 14:28 menyebutkan Allah lebih besar daripada Yesus, berarti Yesus tidak setara dengan Allah. Dalil lainnya adlah Yohanes 17:3, 20:17, Matius 24:36, Markus 13:32, 15:34, dll. (hlm. 39-40).
Setelah menohok doktrin tentang trinitas, ketuhanan Yesus, ketuhanan Roh Kudus dan peribadatan hari Minggu yang dinyatakan tidak Alkitabiah, Frans meletakkan bab “Taurat, Injil dan Al-Qur`an Satu Kesatuan” (hlm. 74-78). Dengan mengutip Al-Qur`an surat Al-Ma`idah 68, Frans menyimpulkan bahwa ketiga kitab suci (Taurat, Injil dan Al-Qur`an) adalah satu kesatuan kunci ilahi yang tidak bisa dipisahkan.

Untuk itu, Frans menyindir umat Islam, “Demikian pula para pengikut Nabi Muhammad SAW yang belum menyelidiki dan mempelajari Taurat dan Injil nampaknya belum tahu tentang nama Allah dalam Taurat, Yahweh yang disembah oleh leluhur mereka...” (hlm. 76).
Demikian sedikit ulasan tentang agama Kristen Tahuhid yang dicanangkan oleh Frans Donald. Dia mendefinisikan Kristen Tauhid sebagai Kristen yang bertahuhid kepada Allah yang Esa, bukan Trinitas. (hlm. 86).

Sekilas, ide agama Kristen Tauhid itu terlihat baik untuk meredam gesekan antara Islam dan Kristen. Tetapi, mempertemukan ajaran Taurat, Injil dan Al-Qur`an dalam satu agama pastilah akan melahirkan berbagai kerumitan yang berujung di jalan buntu.
Pasalnya, terdapat perbedaan dalam kitab-kitab tersebut. Jangankan mempersatukan Injil dengan Al-Qur`an, mempertemukan sesama ayat Injil saja bukan hal yang mudah. Misalnya, di satu sisi, Injil Bibel menyatakan bahwa Allah itu tidak sama dengan Yesus sebagaimana yang diungkapkan oleh Frans di atas. Tapi, dalam ayat-ayat lainnya, Bibel tidak membantah gelar bahwa Yesus adalah Allah.

Misalnya: Yesus tidak menolak ataupun marah kepada Tomas ketika menyapanya dengan seruan “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28).
Ayat lain yang menyebut Yesus sebagai Allah adalah: “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal” (I Yohanes 5:20).
“Tetapi tentang Anak (Yesus, pen.) Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran” (Ibrani 1:8).
Mempersatukan Al-Qur`an dengan Taurat dan Injil yang ada dalam Bibel, jelas mustahil. Karena dalam banyak ayat antara lain surat Al-Baqarah 75, 79, Al-Ma`idah 13, An-Nisa 46 dll, Al-Qur`an mengkritisi Bibel sebagai kitab yang sudah mengalami tahrif (perubahan, distorsi). Beberapa contoh tahrif ini telah ditampilkan dalam Sabili edisi sebelumnya. Selain itu, salah satu fungsional Al-Qur`an adalah sebagai pengujian (muhaiminan alaih) dan pembetulan/koreksi (mushaddiq) terhadap kitab-kitab terdahulu (Qs. Al-Ma’idah 48).

Keyakinan umat Islam terhadap kitab-kitab terdahulu hanya sebatas mengimani keberadaannya, bahwa Allah pernah mewahyukan Taurat kepada Musa dan Injil kepada Nabi Isa sebagai petunjuk bani Israel ke jalan Tuhan. Tidak ada kewajiban bagi umat Islam untuk mengamalkan Taurat yang ada dalam kitab Bibel milik umat Kristiani saat ini, karena tidak ada bukti yang shahih bahwa Taurat Bibel itu adalah peninggalan Nabi Musa AS. Bahkan beberapa penyelidikan membuktikan bahwa Taurat Bibel itu ditulis setelah Nabi Musa wafat. Demikian pula keyakinan umat Islam terhadap keempat Injil dalam Bibel. Keempat Injil ini bukan peninggalan Nabi Isa AS, melainkan ditulis oleh orang-orang yang bukan murid Yesus berpuluh-puluh tahun setelah Nabi Isa tidak ada di dunia.

Kesalahan dasar asumsi ketika mendefinisikan Allah, menjadi batu sandungan sendiri bagi para Kristen Tauhid. Frans mengurai kata “Allah” berasal dari dua kata yaitu “al” (kata sandang) dan “ilah” (sesembahan, god). Secara etimologis Allah memiliki padanan makna dalam bahasa Indonesia menjadi Dewa, dalam bahasa Inggris menjadi God, dalam bahasa Ibrani menjadi Elohim, dan dalam bahasa Yunani menjadi Theos. (hlm. 23).

Kata “Allah” adalah isim ghairu musytaq (kata yang tidak ada asal katanya dan bukan pecahan dari kata lain). Karena kata ini tidak bisa dirubah menjadi bentuk tatsniyah (ganda), bentuk jamak (plural), dan tidak dapat dijadikan sebagai mudhaf.

Maka menerjemahkan “Allah” menjadi Dewa atau God adalah kesalahan yang sangat fatal. Sebab Dewa dan God adalah kata benda yang dapat diubah menjadi bentuk jamak “Dewa-dewa” dan “Gods”, sedangkan Allah adalah satu-satunya nama ghairu musytaq yang tidak bisa diubah menjadi jamak. Semakin salah jika Allah dipadankan dengan kata “Elohim” karena Elohim adalah bentuk jamak dari “Eloah”.

Kata “Allah” juga disebut sebagai isim murtajal, maksudnya kata “Allah” adalah nama asal bagi Dzat Yang Wajib Ada, Yang Maha Suci, Maha Agung dan Yang Berhak Disembah (ma’bud). Tidak ada satu pun makhluk yang berhak memakai nama “Allah”.
Karena “Allah” adalah nama, maka tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Nama ini diperkenalkan sendiri oleh Allah dalam Al-Qur`an:
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang haq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Qs. Thaha 14).
Di seluruh penjuru dunia, umat Islam menyebut Tuhan dengan satu nama yaitu Allah. Inilah keistimewaan yang tidak dimiliki agama lain.

Berikan komentar anda dibawah

No comments: