Sunday, September 21, 2008

Sudah Sedemikian Keraskah Hati ini

Sudah Sedemikian Keraskah Hati ini ?


Di dalam perjalanan menuju kantor, saya terlelap menikmati sejuknya udara dalam bis. Tak terasa hingga kondektur bis membangunkanku untuk menagih ongkos, dengan mataku yang masih merejap kuulurkan sejumlah uang untuk membayar ongkos bis. Dan ... samar mataku menangkap sosok seorang ibu setengah baya berdiri tak jauh dari tempatku duduk. Tapi, rasa kantuk dan lelah ku mengalahkan niat baik untuk memberikan tempat duduk untuk ibu tersebut.

Turun dari bis, baru lah sisi baik hati ini bergumam, "Andai saya berikan tempat duduk kepada ibu tadi, mungkin pagi hari ini keberkahan bisa kuraih". "Siapa tahu ridha Allah untuk ku di hari ini dari doa dan terima kasih ibu itu jika saja kuberikan tempat dudukku ..." Ah, kenapa baru kemudian diri ini menyesal?
Semalam dalam perjalanan pulang dengan kereta api, duduk di hadapan saya seorang bapak berusia 40-an. Lewat seorang penjual air minum kemasan, dan ia segera menyetopnya untuk membeli. Tangan kirinya memegang segelas air minum kemasan sementara tangan satunya merogoh-rogoh kantongnya. Sesaat ia memperhatikan beberapa keping yang ia mampu raih dari bagian terdalam kantongnya, ternyata ... ia mengembalikan segelas air minum kemasan yang sudah digenggamnya kepada penjual air sambil menahan rasa hausnya.
Saya yang sedari tadi di depan bapak itu hanya bisa menjadikan serangkaian adegan itu sebagai tontonan. Tidak ada tawaran kebaikan keluar dari mulut ini untuk membelikannya air minum, meski di kantong saya terdapat sejumlah uang yang bahkan bisa untuk membeli dua dus air minum kemasan! Bayangkan, cuma 500 rupiah yang dibutuhkan bapak itu tapi hati ini tak juga tergerak?
Kemarin, sebelum Isya, juga dalam perjalanan pulang. Hanya berjarak 200 meter dari kantor, saya melewati pemandangan yang menyentuh hati. Di pinggir jalan Wijaya, Jakarta Selatan, sekeluarga pemulung tengah menikmati penganan kecil berbuka puasa mereka. Suami, istri beserta dua anaknya itu tetap lahap meski yang mereka nikmati hanya sebungkus kue -entah pemberian siapa. Sempat langkah ini terhenti setelah tujuh atau delapan langkah melewati mereka, sempat pula saya berpikir untuk menghampiri keluarga itu untuk sekadar mengajak mereka makan. Tapi ... bayangan ingin segera bertemu anak-anakku di rumah mengalihkan langkahku untuk meneruskan perjalanan.

Padahal, dengan uang yang saya miliki saat itu, sepuluh bungkus nasi goreng pun bisa saya belikan. Apalagi jumlah mereka hanya empat kepala. Dan kalau pun harus tergesa-gesa, toh semestinya saya bisa memberikan sejumlah uang untuk makan mereka malam itu, atau juga untuk sahur esok hari. Duh, kenapa kaki ini justru meneruskan langkah sekadar untuk memburu kecupan kedua putriku sebelum mereka tidur?

Pagi ini. Saya coba renungi semua perjalanan hidup ini. Ya Tuhan, sudah sedemikian keras kah hati ini? Sehingga tanpa rasa berdosa kulewatkan begitu banyak kesempatan berbuat baik. Bukankah selama ini saya selalu berdoa agar Engkau memberikanku kemudahan untuk berbuat baik terhadap sesama? Tetapi ketika Engkau berikan jalan itu, saya malah melewatkannya.
Berikan kesempatan itu lagi untukku, Tuhan.

Tolong berikan komentar anda dibawah ini

Friday, September 19, 2008

DEWA 19

DEWA 19

Apakah anda kenal dengan group band Dewa 19? Pastilah masa Pasti donk!
Taukah anda siapa dewa 19?
Taukah anda siapa pentolannya? Ya iya lah, masa ya iya donk!
Anda kenal kan siapa ahmad dani pentolannya dewa19 suami dari maia estianti!
Berikut ada sepintas artikel tentang siapa ahmad dani sebenarnya.

Apakah agama ahmad dani sebenarnya atau dewa 19 itu beragama apa?
Moslem, Christ, Jew or Paganist, Animist or anothers?
Silahkan anda dapat mendownloadnya dengan gratis, dengan mengklik web-link dibawah ini:

http://www.ziddu.com/download/2179124/SesuatuTentangDEWA_19.pps.html

Saya akan mencoba bersikap objektif.
Jadi semua analisa tergantung dari anda sendiri para pembaca stelah mendownload file artikel dengan type PPS ( power point slide show) mirip-mirip PPT.
Anda sebaiknya menganalisa secara objektif meski anda benci ataupun benar-benar cinta.

Klik disini untuk mendownloadnya.
Setelah anda melihatnya.
TOLONG BERIKAN COMMENT nya dibawah ini.

Wednesday, September 17, 2008

Allah Exist

ALLAH itu ada…

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeripaman Sam kembali ketanah air.Sesampainya dirumah ia meminta kepada orangtuanya untuk mencari seorang GuruAgama, Kyai atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang yang dimaksud tersebut.

Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
Kyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda
Pemuda: Anda yakin? Sedang Profesor dan banyakorang pintar saja tidak mampu menjawabpertanyaan saya.
Kyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan:
Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya!Apakah yang dinamakan takdir?
Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syetan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras.
Pemuda (sambil menahan sakit): Kenapa anda marah kepada saya?
Kyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.
Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti
.Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit
Kyai : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
Pemuda: Ya
Kyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu !
Pemuda: Saya tidak bisa
Kyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
Kyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda: Tidak
Kyai : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan darisaya hari ini?Pemuda: Tidak.
Kyai : Itulah yang dinamakan Takdir.
Kyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda: kulit.
Kyai : Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda: kulit.
Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: sakit.
Kyai : Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syeitan.

Berikan commnet anda di bawah

Friday, September 12, 2008

THE BISHOP'S VOICE


THE BISHOP'S VOICE

Reforming Christology: He Did not Die for My Sins "The view of the cross as the sacrifice for the sins of the world is a barbaric idea based on a primitive concept of God that must be dismissed."--Thesis Number 6 from The Twelve Theses: A Call for a New Reformation In May of 1998 when I posted on the Internet Twelve Theses for debate, drawn from my book Why Christianity Must Change or Die, I could not have imagined the intensity of the response. The debate has been welcomed and condemned, entered and avoided by countless numbers of people.

The Theses have been preached on positively and negatively in this diocese, at St. Paul's Cathedral in London, in Australia, Canada, South Africa and New Zealand. The most emotional response has come to Thesis Number 6 that has to do with the interpretation of the cross and the role of Jesus in the drama of salvation, where I have challenged the adequacy of the phrase: "Jesus died for my sins."That phrase has been used so often in Christian history that it has achieved the status of a mantra. That is, it is repeated over and over without explanation as if its meaning is self-evident.

It does not lend itself to questions or to debate. It is simply advanced again and again. The Eucharist assumes it, many of our hymns reflect it. Yet to the modern mind this phrase, when analyzed, is all but nonsensical. Sometimes this sacred phrase is expanded to include what surely can only be described as a fetish about the blood that Jesus shed on the cross. To that "sacred" blood incredible power has been attributed. Christians have gone so far as to talk about the cleansing effect of being washed in this blood. One hymn that I endured twice during Holy Week proclaims that "God on Thee Has Bled."

The death of Jesus is said to have been something God required: a ransom, a sacrifice offered to God, a payment demanded by God for the sins of the world, the price required to achieve atonement, which is the experience of being at one with God. In my studies I have come to the conclusion that this language, "Jesus died for my sins," is a violent distortion of the meaning of Jesus. It offers me a God who is sadistic and bloodthirsty. A God whose will is served by a human sacrifice is not a God I would ever be drawn to worship.

It is rather a grotesque idea. Yet this concept has become so normative in the way that our faith story is told that many people seem to feel that if this understanding of the saving work of Jesus is not accepted, then there is nothing of substance left to Christianity. I am convinced, however, that exactly the opposite is true. To me it is obvious that unless we expose the barbaric quality of this ancient interpretation of the meaning of Jesus' death and of the God who was said to have required it and remove this spiritual monstrosity from the Christian enterprise then Christianity has no future. I do not believe that modern men and women will ever find appealing a God whose will is served by the human sacrifice of Jesus on the cross.

If Christianity requires this view of the meaning of Jesus' death, I, for one would no longer choose this household of faith. But because of its entrenched nature, passive opposition will never be effective. Indeed, this idea must be agressively dislodged or nothing new and more appealing will ever emerge. That is why the Christian Church today requires, I believe, a new and mighty reformation that must not stop until it has examined and reformulated the most basic core doctrines of the Christian faith. The Reformation of the 16th Century stopped short of this task and made, we see in retrospect, only cosmetic changes. This new reformation must shake the very foundations of traditional Christian thinking.

It will inevitably create enormous fear and anxiety in conservative religious circles and it will elicit the kind of anger that always arises when an ultimate threat is posed to a dying belief system. But we must nonetheless welcome it, for it offers the only chance that the faith of our fathers and mothers will live to be the faith of our children and grandchildren.The view of Jesus' death as a sacrifice for the sins of the world, in my opinion, represents bad theology designed to accommodate the bad anthropology on which it is based. Human life was not created good only to fall into sin, necessitating a divine rescue that culminated on the cross of Calvary, as the traditional Christian myth asserts. Human life rather has evolved through millions of years of evolutionary history leaving us not just incomplete, but distorted by that struggle to survive. We are not fallen angels, but emerging beings. We are a work in progress, constantly victimized by the unfinished nature of our humanity. We cannot, therefore, be rescued by a sacrificial death of one who was making the perfect offering to an offended Deity designed to restore us to what we have never been.

We must rather be called by the gift of love to journey into a higher consciousness, a new and more complete humanity. The savior figure cannot be for us one who pays the price for the sins of our life. A savior for our understanding of humanity must instead be one who is capable of empowering us to grow beyond our limits, to escape our distorting fears, our blinding prejudices and our killing stereotypes and to bring us to a place where we discover the freedom to give our lives away in love to others. The ultimate theological question driving the new reformation is whether or not we can strip away from Jesus this traditional interpretive explanation without destroying the experience that people had with this Jesus that caused them to exclaim that in him the holiness of God had been encountered.

To do this we have to set aside the mythological framework that has captured Jesus. Virgin births and cosmic ascensions must be seen as nothing more than pre-modern interpretive language. Walking on water and feeding the 5000 with five loaves cannot be literal stories. Resurrection understood as physical resuscitation will have to be seen as the late developing tradition that it was. But once this mythological framework is removed, Jesus does not disappear or simply become a good teacher, as many seem to fear. Instead a Jesus emerges as a channel for transcendence, a person at one with the source of life, the revealer of the source of love, a new being who makes plain the Ground of all Being.

He is a God presence, not a mythological god-man; a complete human being who becomes the life through which the full power of God's divine reality can emerge in human history.Instead of looking at literalized interpretive miracles, we must begin to look rather at the one whose wholeness called his followers beyond the limits of their tribal identity. The Jews, who thought Gentiles were unfit for human relationships, felt compelled by who Jesus was to go into that Gentile world to proclaim the Gospel, and they did. The religious purists who were convinced that the Samaritans, the primary object of their prejudice, were rejected by God and were therefore rejectable, were transformed by this Jesus.

He taught them that when Samaritans obey the call of the Torah to be compassionate and caring, they are more fully children of Abraham than are a priest and a Levite who were willing to pass the victims of life by the other side of the road.The strict keepers of the rules about who was clean and unclean were confronted by a Jesus who embraced the leper, allowed the touch of the woman with the chronic menstrual flow, and refused to judge the person taken of adultery. God was in this Christ. That was the experience which cried out for explanation. Yet the explanations of history were couched in assumptions we can no longer make. These assumptions were shaped by a world view that we no longer share. They reflected an understanding of reality that is not ours and a worship tradition that is foreign to our own.

First century Jewish-Christians understood Jesus' death after the analogy of the Passover lamb, slaughtered to break open the power of death. Next they viewed him as the new lamb of Yom Kippur, sacrificed to take away the sins of the world. They were weaving around Jesus their liturgical symbols of antiquity, but none of these symbols will work for us. Indeed, they are repellant. So we must be prepared to lay them aside, to treat them as the limited and ultimately falsifying explanations that they are. Jesus did not die for our sins! Jesus was not a sacrifice offered to God to overcome the fall that never happened. We are emerging creatures, not fallen creatures. Jesus was not the embodiment of the theistic deity who visited this planet in human disguise for a brief thirty years. Jesus was the one, in whom the God who is present in the depths of life, emerged in human history in a dramatic and complete new way.

The task of the new reformation is to separate Jesus from this distorting material and to recast him in new images. But we must never lose the experience. God was in Christ. The transcendent power of life, the eternal fountain of love, the ineffable Ground of All Being erupted in his whole and free humanity to call us into a new consciousness. The call of this Christ is a call to move beyond the evolutionary limits set by our quest for survival. The Holy Spirit of God who was so present in Jesus, that people said that the Spirit actually conceived him, is still his gift to give to each of us. We who are in Christ can, like Christ, become God bearers in our world, new incarnations of the eternal divine presence.

We can reveal the source of life and love, which calls us and others into the fullness of our being.That is an avenue through which we can speak of Christ in our time, and that is where the coming reformation might lead us. For the Christian Church to cling to the literalized formulas of yesterday is nothing less than to pursue the pathway of death. Abandoning those formulas to enter the Christ experience anew is the hope of the future. I pray for the arrival of this reformation, even though I recognize that it will appear to many to be destroying what they think the Christian faith is. We must not fear that, for it will also lead us to revival and resurrection and give us the ability to sing the Lord's song in the third millennium.

Let the Reformation begin

Alquran & Injil ttg Keesaan Allah SWT

BENANG MERAH"
Antara Alquran & Injil ttg Keesaan Allah SWT

BANDINGKAN: Q.S AL-IKHLAS 1-4 Katakanlah: Sesungguhnya Allah Dia (Tuhan) Yang Maha Esa, Dan Allah tempat bergantung (sekalian mahluk). Dia tidak beranak dan tidak (pula) diperanakkan. Dan seorangpun tidak ada yg setara dgn Dia. Dengan ULANGAN 4:35 Ucapan Yesus:”Maka kepadamulah ia itu ditunjuk, supaya diketahui bahwa Tuhan itu Allah, dan kecuali Tuhan Yang Esa tiadalah yg lain lagi”. ULANGAN 6:4: Ucapan Yesus:“Dengarkan olehmu hai Israil, sesungguhnya Hua Allah kita, hua itu Esa adanya”.

MARKUS 12:29 Maka jawab Yesus kepadanya:“Hukum yg terutama inilah:dengarlah olehmu hai Israil, adapun Allah Tuhan kita, ialah TuhanYang Esa“. SAMUEL 7:22: Ucapan Yesus:“Maka sebab itu besarlah Engkau, ya Tuhan Allah karena tiada yg dapat disamakan dgn Engkau dan tiada Allah melainkan Engkau sekedar yg telah kami dengar telinga kami“.

Bagaimana Surat Al-Ikhlas ayat 1 didukung oleh 3 ayat Bible yaitu:

Ulangan 4:35,6:4 dan Markus 7:22, Serta ayat terakhir Surat Al-Ikhlas didukung oleh Samuel 7:22.

Dan Alquran menegaskan: Q.S. AL MAA-IDAH :72:“Sesungguhnya telah kafir orang2 yg mengatakan:“Sesungguhnya Allah Dia adalah Al Masih putera Maryam,“Padahal Al Masih telah berkata (kepada mereka):“Hai Bani Israil Sembahlah Allah tuhanku dan tuhanmu“, sesungguhnnya barangsiapa yg mempersekutukan Allah dengan (sesuatu), maka sungguh Allah mengharamkan atasnya (masuk) sorga dan tempatnya hanya neraka.

Bandingkan dgn Ulangan 6:4 dan Markus 12:29 Perhatikan kata "SETARA" pada Surat Al-Ikhlas ayat 4 dgn kata "DISAMAKAN" pada SAMUEL 7:22 Dan Alkitab pun (Yesus menegaskan) MATIUS 7:21 “Bukannya tiap2 orang yg menyeru aku Tuhan,Tuhan, akan masuk ke dalam kerajan sorga, hanyalah orang2 yg melakukan kehendak Bapaku yg disorga”.

Berikan komentarnya

Simbol Kegagalan Kristen Melawan Barat

"SEKULARISME"
Simbol Kegagalan Kristen Melawan Barat

Sekularisme lahir dari gagasan dan gerakan sekularisasi yang berasal dari warisan sejarah perkembangan peradaban Barat. Faham ini dapat ditelusuri mulai abad pertengahan (middle ages) Barat. Ketika itu, Gereja mendominasi peradaban Barat. Dan karena ajaran Injil banyak bertentangan dengan akal, keberadaannya dianggap menghambat kemajuan penelitian ilmiah. Revolusi ilmiah (Scientific Revolution) yang dirintis Copernicus dengan teori Helio-centric (matahahari sebagai pusat tata surya) dianggap bertentangan dengan ajaran Injil. Di dalam Injil disebutkan, matahari dan bulan diciptakan setelah terciptanya bumi. Fakta ini bertentangan dengan ide-ide mendasar tentang sistem solar. Pertentangan antara akal dan Injil mengkristal pada zaman modern.

Orang Barat menyebut sejarah zaman pertengahan itu sebagai zaman kegelapan (dark ages). Saat itu, akal disubordinasikan di bawah Injil. Karena itu, mereka menamakan sejarah peradaban Eropa pada abad ke-15 dan 16 sebagai zaman kelahiran kembali (renaissance), karena akal bebas dari Injil. Mereka juga kemudian menyebut abad ke-17 sampai abad ke-19 sebagai zaman Pencerahan Eropa (European Enlightenment) yang sebenarnya adalah kesinambungan renaissance. Periode ini ditandai dengan semaraknya semangat rasionalisasi oleh Barat.

Para filosof, teolog, sosiolog, psikolog, sejarawan, politikus dan lain-lainnya menulis tentang berbagai karya yang menitikberatkan aspek kemanusiaan, kebebasan, dan keadilan.Karena kuatnya arus modernisasi yang tak bisa dibendung, maka para teolog Barat menafsirkan Injil dengan tafsiran baru. Dari sini, mulai bergulirlah gagasan sekularisasi. Penafsiran baru ini menolak penafsiran lama yang menyatakan bahwa ada alam lain yang lebih hebat dan lebih agamis dari alam ini. Penafsiran baru ini juga membantah peran dan sikap gerejawan yang mengklaim bahwa Gereja memiliki keistimewaan sosial, kekuatan, dan properti khusus. Penafsiran atau teologi baru inilah yang kemudian dirangkai menjadi teologi sekular; yang mengkritik posisi Gereja dengan teologi lamanya yang dianggap ideal. Khususnya, pada saat institusi Gereja memiliki kekuasaan dan peran sentral pada abad pertengahan Eropa.Jadi, gagasan sekularisasi muncul karena tidak sanggupnya doktrin dan dogma agama Kristen berhadapan dengan peradaban Barat yang terbentuk dari beragam unsur.

Hasilnya, para teolog Eropa dan Amerika seperti Ludwig Feurbach, Karl Barth, Dietrich Bonhoeffer, Paul van Buren, Thomas Altizer, Gabriel Vahanian, William Hamilton, Woolwich, Werner and Lotte Pelz, dan beberapa lainnya, menggagas revolusi teologi radikal. Harvey Cox menggelari mereka sebagai para “teolog kematian Tuhan” (death-of God theologians). Mereka menegaskan untuk menghadapi sekularisasi, ajaran Kristiani harus disesuaikan dengan pandangan hidup saintifik modern.Ludwig Feurbach menegaskan, prinsip filsafat bukanlah Substansi-nya Spinoza, atau Ego-nya Kant dan Fichte, bukan juga Identitas Absolut-nya Schelling, bukan juga Akal Absolut-nya Hegel, bukan pula konsep wujud yang abstrak, tetapi realitas wujud yang benar, yaitu Manusia.

Oleh sebab itu, manusia merupakan prinsip filsafat yang paling tinggi. Sekalipun agama atau teologi menyangkal, namun hakikatnya agamalah yang menyembah manusia (religion that worships man).Agama Kristen sendiri yang menyatakan: Tuhan adalah manusia dan manusia adalah Tuhan (God is man, man is God). Jadi, agama akan menafikan Tuhan yang bukan manusia. Makna sebenarnya dari teologi adalah antropologi (The true sense of Theology is Anthropology). Agama adalah mimpi akal manusia (Religion is the dream of human mind). Jadi, doktrin tentang Tuhan harus diubah menjadi doktrin tentang manusia. Kebahagiaan yang abadi bermula dari transformasi kerajaan langit kepadarepublik bumi.Pemikiran Feurbach kemudian sangat mewarnai para sosiolog dan teolog seperti Karl Barth, Martin Buber dan Karl Marx. Karl Barth, misalnya, menegaskan bahwa “agama sebagai ketidakpercayaan” (Religion as Unbelief). Gagasan ini kemudian dilanjutkan oleh muridnya, Dietrich Bonhoeffer. Bonhoeffer mendesak para teolog Kristen agar menyampaikan risalah Kristiani kepada manusia sekular sekarang dengan ungkapan: “kita sedang menuju ke suatu masa yang tiada agama sama sekali… Bagaimana agar kita berbicara mengenai Tuhan tanpa agama… Bagaimana supaya kita berbicara dengan gaya sekular yang baru tentang Tuhan?” Bagi Bonhoeffer, seorang Pastor Jerman yang dieksekusi oleh SS Nazi, agama harus dipisahkan dari kepercayaan (faith).

Dia selanjutnya mengatakan dengan frasenya yang paradoks: “sudah tiba saatnya bagi Kristen tanpa agama” (a religionsless Christianity).Seirama dengan Barth dan Bonhoeffer, Gabriel Vahanian, seorang Teolog Neo-Calvinis juga mengatakan: “sekular adalah keharusan seorang Kristiani”. Bagi Vahanian, kematian Tuhan adalah peristiwa agama dan budaya sekaligus. Dalam masyarakat yang modern dan saintifik, peristiwa-peristiwa dalam Bible dianggap sebagai mitos, sudah lapuk, dan tidak terpakai lagi. Werner and Lotte Pelz juga mengumandangkan “Tuhan tiada lagi” (God is no more).

Woolwich dengan nada yang sama juga berpendapat bahwa “Tuhan tanpa Tuhan” (God without God).Dengan pendapat-pendapat seperti itu, tidak berarti para teolog tersebut menjadi atheis, karena mereka masih mempercayai wujudnya Tuhan. Hanya, menurut mereka, di dalam zaman modern ini, Tuhan sudah tidak berperan lagi dalam kehidupan masyarakat. Inilah yang terjadi di masyarakat Kristen Barat. Tuhan diposisikan di luar urusan kehidupan manusia. Tuhan tidak berhak campur tangan dalam kehidupan manusia. Manusia harus mengatur hidupnya sendiri, dengan hukum-hukum yang mereka buat sendiri.

God is no more!

Memang ada sebagian teolog konservatif -- seperti E.L. Mascal -- yang setia berpegang teguh kepada “tradisi” Kristen. Menurut Mascal, sains dan teknologi yang merebak dan sangat gencar telah mempengaruhi kehidupan orang Kristen. Ini mengakibatkan munculnya gagasan sekularisasi sehingga ‘dunia’ ini tidak lagi dipandang sebagai memiliki kaitan lagi dengan Tuhan. Mascal menganggap pemikiran para teolog yang tersekularkan adalah fatal karena menafikan peristiwa-peristiwa supernatural yang ada di dalam Bible. Mascal juga mengkritik pendapat Cox yangmenyatakan bahwa ajaran Bible tentang Penciptaan sebagai langkah awal menuju sekularisasi yang sempurna. Namun, pendapat ini tidak berpengaruh terhadap kehidupan realitas masyarakat Kristen.

Harvey Cox --dengan teologi sekularnya--ingin menjembatani dua kubu yang paradoks secara ekstrim, yakni teologi konservatif dan teologi radikal. Cox mengkritik pendapat para teolog kematian Tuhan, yang keliru karena dua faktor. Pertama, mereka telah menjadikan pandangan hidup saintifik modern sebagai parameter, padahal humanisme saintifik modern itu beraneka-ragam. Selain itu, para saintis pun mengakui bahwa metodologi saintifik bersifat operasional dan berada dalam ruang lingkup yang terbatas. Oleh sebab itu, metodologi saintifik tidak menawarkan “pandangan hidup’. Kedua, pendapat teolog radikal terhadap teologi Kristen tidak kritis dan ahistoris. Mereka menganggap isi doktrin Kristen tidak berubah, maka perlu dibuang.Namun, Cox juga tidak konsisten.

Cox sendiri memuji konsep teologi Bonhoeffer. Cox mengatakan: kita masih sangat jauh untuk “melintasi Bonhoeffer” (we are veryfar from being “beyond Bonhoeffer”). Jadi, sebenarnya teologi sekular dan ‘teologi kematian Tuhan’ adalah dua sisi dari mata koin yang sama. Pada tahap awal, Teologi sekular tampak seolah-olah membela agama dan menempatkan agama posisi terhormat dan suci (karena tidak campur tangan dalam urusan profan), tetapi konsep ini sebenarnya membunuh agama, sebagaimana konsepsi para teolog kematian Tuhan itu.Cox yang menerima kritikan hebat dari para Teolog konservatif dengan gagasan sekularisasi kemudian berpendapat bahwa sekularisasi bukanlah ide baru. Ide ini telah digemakan sebelumnya oleh Friedrich Gogarten.

Jadi, Cox, Paul van Buren (The Secular Meaning of of the Gospel, London: 1963; R. Gregor Smith Secular Christianity, London 1966) dan lain-lainnya menindaklanjuti gagasan teologi radikal yang sudah digagas oleh para teolog sebelum mereka.Harvey Cox, menegaskan bahwa pemikirannya berbeda dengan para teolog kematian Tuhan dan juga teolog seperti Mascal yang menganggap ajaran Kristen berada di luar waktu. Bagi Cox, ajaran Kristen perlu dipandang dari perspektif sejarah yang berkembang. Gereja berkembang dalam sejarah dan karenanya terkait dengan situasi dan kondisi tertentu. Gagasan ini sudah dikembangkan pertama kalinya oleh oleh John Henry Newman, diikuti oleh Karl Adam, Hans Kung, Leslie Dewart dan Bernard Lonergan. Gagasan bahwa doktrin progressif dan kritik sejarah perlu dilakukan memang bertentangan dengan para teolog konservatif.

Gagasan doktrin progressif melihat bukan hanya masa lalu, namun masa sekarang juga adalah bagian dari doktrin yang akan terus berkembang. Ajaran yang ada dalam doktrin selalu berkembang karena nuansa makna dan bahasa selalu berubah. Dan ini adalah doktrin yang lebih benar. (Hidayatullah)oleh Adnin ArmasPeneliti Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST), kandidat doktor bidang pemikiran dan peradaban di International Islamic Thought and Civilization (ISTAC), Kuala Lumpur
10 pandangan utama yang keliru mengenai Islam
Tulisan di bawah menjabarkan sepuluh

(10) pandangan utama yang keliru mengenai Islam yang berkembang di kalangan non-muslim sekarang ini.

01. Umat Muslim Adalah Biadab, Teroris dan Ekstrimis

02. Islam Menindas Kaum Wanita

03. Umat Muslim Menyembah Tuhan Yang berbeda

04. Islam Disebarkan Dengan Jalan Kekerasan dan Tidak Memberikan Toleransi Kepada Agama Lain

05. Seluruh Umat Muslim Adalah Orang Arab

06. Negara Islam (Louis Farrakhan) Adalah Bagian Dari Umat Muslim

07. Semua Pria Muslim Ber-Isteri 4 Orang

08. Umat Muslim Adalah Barbar dan Primitif

09. Muhammad Adalah Penemu Islam dan Umat Muslim Menyembahnya

10. Umat Muslim Tidak Percaya Kepada Yesus (Nabi Isa AS) dan Nabi-Nabi Lainnya

01. UMAT MUSLIM ADALAH BIADAB, TERORIS DAN EKSTRIMIS

Inilah pandangan keliru yang terbesar tentang Islam, yang diakibatkan oleh berita klise dan propaganda yang terus menerus dilontarkan berbagai media. Ketika seorang yahudi bersenjata api menyerang masjid, seorang gerilyawan katholik IRA meledakan bom di wilayah pemukiman, atau milisi ortodoks Serbia yang memperkosa serta membunuh muslim yang tidak bersalah, aksi-aksi tersebut tidaklah dianggap berasal dari agama tertentu. Aksi-aksi tersebut tidak pernah dihubungkan dengan agama si pelaku. Namun sudah seringkali kita dengar kata-kata "Islam, Muslim Fundamentalis" dsb dikaitkan dengan kekerasan. Politik yang seringkali disebut "Negara Islam" mungkin atau tidak, mempunyai dasar-dasar Islam. Seringkali para diktator & politisi memanfaatkan nama Islam demi kepentingan dan ambisi politiknya sendiri. Kita harus ingat untuk selalu berpedoman pada sumber-sumber Islam & memisahkan Islam sebagai agama kebenaran dari semua yang selama ini digambarkan oleh media. Islam secara tata bahasa berarti "Tunduk/Patuh kepada Allah", dan berasal dari kata dasar "damai". Dalam kehidupan di dunia modern sekarang ini, Islam tampak mengagumkan atau bahkan tampak ekstrim. Barangkali hal ini disebabkan karena agama tidak men dominasi kehidupan sehari-hari di Negara Barat, sementara dalam hidup seorang muslim Islam dijadikan "cara hidup/jalan hidup/pandangan hidup" dan mereka tidak membagi dan memisahkan kehidupan dunia & keagamaannya. Seperti juga agama Kristen, Islam membolehkan perlawanan untuk melindungi diri, melindungi agama, atau bagi mereka yang diusir secara paksa dari tempat tinggalnya. Islam menerapkan aturan yang tegas tentang gerakan perlawanan ini termasuk larangan untuk menyakiti penduduk sipil, merusak pertanian dan lingkungan hidup. Dimanapun Islam melarang untuk membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Dalam Al-Qur'an telah disebutkan: "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas" (Quran 2:190). "Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkal-lah kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui" (Quran 8:61). Perang merupakan jalan terakhir, dan dilakukan dengan syarat-syarat tertentu yang sesuai dengan aturan agama. Istilah "Jihad" secara bahasa berarti "perjuangan" dan menurut muslim ada 2 jenis jihad. Jihad dalam pengertian lainnya adalah perjuangan terhadap nafsu egoistis dalam diri manusia sendiri agar tercipta kedamaian dalam diri masing-masing.

02. ISLAM MENINDAS KAUM WANITA

Pandangan tentang wanita muslim yang menggunakan jilbab dan dipaksa tinggal di rumah serta dilarang keluar adalah pendapat umum kebanyakan orang. Meskipun di beberapa Negara Islam menerapkan aturan yang memberatkan kaum wanita, hal tersebut tidak dipandang berasal dari Islam. Banyak dari negara tersebut tidak menerapkan aturan yang sesuai syari'ah (aturan berdasarkan hukum Islam), mereka menggunakan aturan atas dasar kebudayaan mereka sendiri yang dibuat berdasarkan jenis kelamin. Di sisi lain, Islam memberikan tugas dan kesamaan yang berbeda antara pria & wanita seperti yang ditetapkan dalam Al-Quran serta dicontohkan oleh Nabi SAW. Islam memandang wanita, baik yang belum menikah maupun yang sudah menikah, sebagai individu yang mempunyai hak pribadi, seperti hak untuk memiliki dan menentukan kekayaan dan memperoleh penghasilan sendiri. Mahar yang diberikan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita berhak untuk digunakan sendiri, dan dia harus menjaga nama keluarganya daripada nama keluarga suaminya. Baik pria maupun wanita diwajibkan untuk berpakaian yang sopan dan menutup aurat. Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik orang diantara pengikutku adalah yang menghormati dan memperlakukan istrinya dengan baik". Bentuk kekerasan apapun terhadap wanita dan memaksakan sesuatu yang bertentangan dengan keinginan mereka tidak diperbolehkan. Pernikahan seorang muslim merupakan hal sederhana, masing-masing dibebaskan untuk mengadakan akad nikah yang sah termasuk syarat-syaratnya. Tradisi pernikahan seperti ini sangat bervariasi di satu negara maupun di negara lainya. Perceraian tidaklah disukai Allah, meskipun hal itu dibolehkan sebagai jalan terakhir. Menurut Islam, seorang gadis muslim tidak bisa dipaksa untuk menikah dengan pasangan yang tidak disukainya, orang tuanya seharusnya menyarankan sang gadis untuk memilih pasangan yang sesuai baginya.

03. UMAT MUSLIM MENYEMBAH TUHAN YANG BERBEDA

Allah diambil dari bahasa Arab yang berarti Tuhan. Allah bagi muslim adalah Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Mulia, yang menurut bahasa Arab berarti bahwa hanya satu-satunya Tuhan dan tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Allah artinya sama dengan "Tuhan" bagi orang-orang Yahudi, juga Yesus Kristus bagi orang-orang Nasrani. Tuhan berarti sama dengan di dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam. Allah adalah Tuhan yang sama yang disembah oleh muslim, kristen dan yahudi. Muslim yakin bahwa kedaulatan Allah harus diakui baik dalam beribadah maupun dalam janji untuk mematuhi ajaran dan perintah-Nya yang disampaikan melalui Nabi serta Rasul-Nya yang diutus di beberapa tempat sepanjang sejarah.

04. ISLAM DISEBARKAN DENGAN JALAN KEKERASAN DAN TIDAK MEMBERIKAN TOLERANSI KEPADA AGAMA LAIN

Banyak buku teks pelajaran di sekolah-sekolah yang menggambarkan seorang laki-laki Arab berkuda dengan pedang di satu tangan dan Al-Quran di tangan lainnya berusaha memaksa orang untuk masuk agama Islam. Tentu saja hal ini bukanlah gambaran sejarah yang benar. Islam selalu menghormati dan memberikan kebebasan untuk beragama kepada siapapun. Dalam Al-Quran disebutkan : "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesunguhnya Allah menyukai orang- orang yang berlaku adil" (Quran 60:8).Kebebasan beragama juga telah disebutkan dalam Al-Quran : "Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah" (Quran 2:256).Seorang Misionaris Kristen, T.W. Arnold memberikan pendapatnya tentang pertanyaan seputar penyebaran Islam : "... hal apapun yang diatur untuk memaksakan menerima Islam, atau bentuk-bentuk penganiayaan yang sistematis untuk membasmi agama Kristen, sama sekali tidak kami dengar. Jika para Khalifah terpilih ini ingin melakukan tindakan seperti itu, tentu mereka sudah membinasakan Kristen dengan mudah seperti Ferdinand dan Isabella yang mengusir Islam dari Spanyol, atau Louis XIV yang menyebarkan agama Protestan ..." Sudah merupakan aturan dalam hukum Islam untuk melindungi hak-hak dan status kaum minoritas. Itulah sebabnya tempat-tempat ibadah non-Islam berkembang di seluruh bumi Islam. Sejarah telah menunjukkan banyak contoh toleransi muslim terhadap agama lain. Ketika Khalifah Umar bin Khattab memasuki Yerusalem pada tahun 634M, Islam menjamin kebebasan beribadah bagi seluruh umat beragama di kota itu. Selain menyatakan kepada penduduk bahwa kehidupan dan kekayaan mereka akan aman, serta tempat ibadah mereka tidak akan diambil alih, Beliau juga meminta pendeta-pendeta Kristen Spronius untuk ikut bersama Beliau mengunjungi semua tempat suci dan tempat ibadah. Hukum Islam juga mengijinkan kaum minoritas non-muslim untuk membuat pengadilan sendiri. Kehidupan dan kekayaan semua penduduk di Negara Islam dianggap suci baik itu milik muslim maupun non-muslim. Rasisme bukanlah bagian dari Islam, Al-Quran menyebutkan tentang kesamaan derajat manusia dan betapa manusia sama di hadapan Allah : "Hai manusia, sesunguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (Quran 49:13).

05. SELURUH UMAT MUSLIM ADALAH ORANG ARAB

Masyarakat muslim di dunia berjumlah sekitar 1,2 milyar. 1 dari 5 orang di dunia adalah muslim. Muslim terdiri dari berbagai ras, suku bangsa & budaya dari seluruh dunia -Filipina sampai Nigeria-, mereka bersatu dalam agamaIslam. Hanya sekitar 18% muslim yang tinggal di negeri Arab, sementara komunitas muslim terbesar adalah di Indonesia. Kebanyakan muslim tinggal di Pakistan Timur. 30% muslim tinggal di wilayah India, 20% di Gurun Sahara Afrika, 17% di Asia Tenggara, 18% di Arab, dan 10% di Uni Soviet & Cina. Turki, Iran dan Afghanistan terdiri dari 10% muslim non-Arab di Timur Tengah.Meskipun muslim menjadi kaum minoritas di hampir setiap negara, termasuk di Amerika Latin dan Australia, tetapi kebanyakan muslim tinggal di Rusia dan Negara/Pemerintahan baru yang merdeka, India dan Afrika Bagian Tengah. Sementara itu di Amerika ada sekitar 6 juta muslim tinggal di negara tersebut.

06. NEGARA ISLAM (Louis Farrakhan) ADALAH BAGIAN DARI UMAT MUSLIM

Islam dan Negara Islam (Nation of Islam yang dibangun oleh Louis Farrakhan) adalah 2 hal yang berbeda. Muslim menganggap bahwa kelompok tersebut hanyalah merupakan satu dari banyak cara ibadah yang mengunakan nama Islam untuk kepentingannya sendiri. Satu hal yang sama di antara keduanya adalah bahasa yang digunakan. Pemilihan nama "Negara Islam" adalah keliru, agama ini seharusnya disebut Farrakhanisme, karena nama pelopornya adalah Louis Farrakhan. Islam dan Farrakhanisme secara fundamental banyak mempunyai perbedaan. Misalnya, pengikut Farrakhan percaya dengan rasisme dan "orang kulit hitam" adalah orang suci sehingga merekalah yang mempunyai derajat dan berkuasa. Sedangkan Islam tidak mengenal rasisme dan semua orang mempunyai derajat sama di hadapan Allah, yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan seseorang. Banyak sekali contoh-contoh teologis yang menunjukkan bahwa ajaran suatu negara tidak sesuai dengan kebenaran Islam. Banyak kelompok di Amerika yang menyatakan melaksanakan Islam dan menyebut pengikutnya muslim. Siapapun yang serius mempelajari Islam seharusnya meneliti dan menemukan kebenaran Islam.

Hanya ada 2 sumber otentik yang menjadi pedoman setiap muslim yaitu 1. Al-Quran, dan 2. As-Sunnah atau Al-Hadits. Berbagai pengajaran yang berlabelkan "Islam" yang bertentangan ataupun divariasikan dengan pemahaman dasar-dasar agama secara langsung dan bentuk praktek-praktek Islam seperti yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Al- Hadits harus ditolak dan agama seperti ini harus dianggap sebagai Islam palsu. Di Amerika banyak sekali Islam palsu, Farrkhanisme adalah salah satunya. Sebenarnya faham-faham tersebut tidak boleh menyebut dirinya muslim dan beragama Islam, seperti Bahaisme yang disebut sebagai cabang Islam, tetapi penganut Bahaisme tidak menyebut dirinya Muslim ataupun agama mereka adalah Islam. Sesungguhnya Bahaisme bukanlah Islam sebagaimana Farrakhanisme yang bukan Islam.

07. SEMUA PRIA MUSLIM BER-ISTERI 4 ORANG

Agama Islam terbuka bagi semua masyarakat sepanjang jaman dan sangat cocok untuk kondisi masyarakat yang pada umumnya berbeda-beda. Keadaan membolehkan untuk menikah lagi asal haknya tetap terjamin, dan menurut Al-Quran, hanya dengan syarat jika suaminya benar-benar berlaku adil. Tidak seorang wanitapun yang bisa dipaksa untuk menerima pernikahan seperti ini jika mereka tidak menginginkannya, dan mereka juga mempunyai hak untukmembatalkan pernikahan tersebut. Poligami bukan merupakan perintah, juga bukan merupakan anjuran, tetapi hanya dibolehkan. Pandangan tentang "Syeikh dan selir-selirnya" tidaklah konsisten dengan Islam, karena seorang laki-laki dibolehkan untuk mempunyai paling banyak 4 istri jika dia bisa memenuhi syarat-syarat yang cukup berat yaitu memperlakukan masing-masing istrinya dengan adil dan menyediakan rumah yang terpisah untuk mereka, dsb. Ijin untuk melakukan poligami tidak dikaitkan dengan kepuasan nafsu belaka. Tetapi lebih dikaitkan dengan rasa iba terhadap para janda dan anak-anak yatim. Al-Quran membatasi dan menetapkan syarat untuk praktek poligami di antara orang-orang Arab, yang mempunyai istri 10 orang atau lebih dan menjadikan mereka sebagai "simpanan". Hal yang benar dan akurat jika dikatakan Islam melakukan pengaturan atas praktek poligami, membatasinya, membuatnya lebih manusiawi dan memberikan hak serta status yang sama bagi semua istri. Apa yang dimaksudkan dalam Al-Quran adalah bahwa, secara keseluruhan poligami dapat dilakukan jika perlu. Sudah jelas bahwa aturan Islam adalah monogami dan bukan poligami. Persentase muslim yang melakukan poligami sangat kecil sekali. Namun, ijin melakukan poligami ini disesuaikan dengan pandangan Islam tentang sifat alamiah pria dan wanita, berbagai macam kebutuhan sosial, serta keanekaragaman budaya. Pertanyaannya adalah, seberapa jauh fleksibilitas yang ada dalam Islam, juga tentang kebenaran dan kejelasan dalam Islam berkaitan dengan masalah yang timbul di dalam prakteknya. Dari pada menerima kemunafikan dan kerelaan yang semu, Islam mempelajari lebih dalam lagi tentang masalah-masalah yang dihadapi individu-individu manusia dan masyarakat, dan memberikan legitimasi serta solusi-solusi yang jelas yang lebih bermanfaat daripada jika mereka menolaknya. Sudah tentu istri kedua harus dinikahi secara sah serta diperlakukan dengan baik daripada menjadi istri simpanan yang tanpa hak ataupun ketetapan yang sah.

08. UMAT MUSLIM ADALAH BARBAR DAN PRIMITIF

Salah satu penyebab menyebarnya Islam dengan cepat dan damai adalah kesederhanaan doktrin-doktrin Islam yang mengajak untuk menyembah hanya kepada satu Tuhan yaitu Allah. Manusia terus diperintahkan untuk menggunakan akal pikirannya. Sehingga dalam waktu yang tidak lama, peradaban berkembang, lembaga pendidikan didirikan, semuanya berlangsung seperti yang disabdakan oleh Nabi SAW, "Menuntut ilmu adalah perintah bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan". Perpaduan ide di Timur dan Barat, pemikiran baru dan lama, menyebabkan terjadinya berbagai kemajuan besar di berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti kedokteran, matematika, fisika, astronomi, geografi, arsitektur, seni, sastra, dan sejarah. Banyak sistem yang sangat penting seperti aljabar, angka Arab, dan konsep angka nol (sangat penting dalam kemajuan matematika), ditemukan orang-orang Eropa pada abad pertengahan dari Islam. Alat-alat canggih yang memungkinkan perjalanan orang-orang Eropa dalam penemuan tersebut berhasil dikembangkan, termasuk astrolabel, kuadran serta peta navigasi yang presisi dan akurat.

09. MUHAMMAD ADALAH PENEMU ISLAM DAN UMAT MUSLIM MENYEMBAHNYA Muhammad lahir di Makkah pada tahun 570. Sejak ayahnya meninggal sebelum Beliau dilahirkan, dan tidak lama kemudian disusul oleh ibunya dan kakek Beliau, Beliau dibesarkan oleh pamannya yang berasal dari kaum bangsawan suku Quraisy. Ketika Beliau dewasa, Beliau dikenal karena kejujurannya, kemurahan hati dan ketulusannya, sehingga beliau dibutuhkan karena kemampuannya dalam mengadili perselisihan. Para sejarawan menggambarkan pribadi Beliau sebagai orang yang tenang dan penuh pemikiran. Muhammad benar-benar agamis, dan karenanya menjadikan Beliau dibenci di kalangan masyarakatnya sendiri yang saat itu tengah mengalami dekadensi. Telah menjadi kebiasaan Beliau untuk berdiam diri/merenung/bertafakkur, dari waktu ke waktu di Goa Hira di dekat Makkah. Pada usia 40 tahun, ketika sedang berdiam diri di Goa Hira tersebut, Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah melalui malaikat Jibril. Wahyu ini yang diturunkan selama kurang lebih 23 tahun, kemudian dikenal sebagai Al-Quran. Beliau segera menerima wahyu yang disampaikan melalui Malaikat Jibril dan mengajarkan kebenaran yang Allah turunkan kepadanya, sehingga Beliau dan sedikit pengikutnya kemudian mengalami penganiayaan yang berat sampai akhirnya pada tahun 622 Allah memerintahkan untuk pindah/hijrah. Peristiwa Hijrah, perjalanan dari Makkah menuju Madinah inilah yang menandai permulaan penanggalan/kalender Islam. Setelah beberapa tahun, Nabi SAW dan pengikutnya kembali ke Mekkah, dimana Beliau memaafkan musuh-musuhnya dan kemudian membangun Islam dengan kokoh. Sebelum Nabi SAW wafat pada usia 63 tahun, penduduk Arab yang terbanyak adalah Muslim, dan bersamaan dengan 1 abad wafatnya Beliau, Islam telah menyebar hingga ke Spanyol bagian barat, dan Cina bagian timur.

Beliau wafat dengan meninggalkan kurang dari 5 kekayaan atas namanya. Ketika Muhammad SAW dipilih untuk menyampaikan wahyu Allah, Beliau tidak dianggap sebagai "penemu" Islam, karena muslim menganggap Islam adalah agama yang sama yang memberikan petunjuk kepada seluruh umat manusia seperti yang telah diturunkan kepada para Nabi di jaman-jaman sebelumnya. Muslim yakin semua Nabi seperti Nabi Adam AS, Nabi Nuh AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, dan lainnya diturunkan untuk memberikan petunjuk kepada umat mereka. Setiap Nabi dikirim sebagai utusan Allah kepada masing-masing umatnya, tetapi Muhammad SAW dikirim Allah kepada seluruh umat manusia. Muhammad adalah Nabi serta Rasul terakhir yang dikirimkan Allah untuk menyampaikan ajaran Islam. Muslim memuja dan menghormati Beliau atas apa yang telah Beliau sampaikan dan atas dedikasi Beliau, tetapi muslim tidak menyembah Beliau. Dalam Al-Quran disebutkan : "Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi" (Quran 33:45-46).

10. UMAT MUSLIM TIDAK PERCAYA KEPADA YESUS (NABI ISA AS) DAN KEPADA NABI-NABI LAINNYA

Umat Muslim menghormati dan memuja Isa AS (Yesus) serta mengharapkan kehadirannya kembali. Muslim menjadikan Isa AS sebagai salah satu utusan Allah yang terbaik bagi seluruh umat manusia. Seorang muslim tidak hanya menyebut "Isa", tetapi selalu menambahkan "alaihissalam" (disingkat AS). Al-Quran menegaskan kelahirannya yang suci (Surat Maryam), dan Maria/Maryam dianggap sebagai wanita tersuci di antara semua mahkluk. Dalam Al-Quran hal tersebut diceritakan sebagai berikut : "Dan (Ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata : "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'-lah bersama orang-orang yang ruku'. Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad), padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (Ingatlah), ketika malaikat berkata : "Hai Maryam sesungguhnya Allah mengembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat yang datang dari pada-Nya, namanya Al-Masih Isa Putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang shaleh. Maryam berkata : "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku punya anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun". Demikianlah Allah menciptakan apa yang di kehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya : "Jadilah" lalu jadilah dia" (Quran 3:42-47).

Isa AS dilahirkan dengan keajaiban seperti halnya ketika Adam AS diturunkan sebagai manusia pertama tanpa adanya ayah : "Sesunguhnya, misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya : "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia" (Quran 3:59).Selama tugas kerasulannya, Isa AS menunjukkan banyak mukjizat. Dalam Al-Quran disebutkan : "Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka) : "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah, dan aku menyembuhkan orang-orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang-orang yang berpenyakit sopak, dan aku menghidupkan orang-orang mati dengan seizin Allah, dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sunguh-sunguh beriman" (Quran 3:49).

Baik Muhammad SAW maupun Isa AS tidak diturunkan untuk mengubah doktrin dasar untuk menyembah hanya kepada Allah seperti yang sudah disampaikan oleh Nabi-nabi terdahulu, tetapi untuk menegakkan dan memperbaharuinya. Dalam Al-Quran di jelaskan : "Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku" (Quran 3:50).Rasulullah Muhammad SAW bersabda : "Barang siapa yang yakin bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak menyekutukan-Nya, dan bahwa Muhammad SAW adalah Rasul-Nya, bahwa Isa AS adalah Nabi dan Rasul Allah, ruh-Nya yang ditiupkan ke tubuh Maryam & tidak ada kekuatan yang melebihinya, dan bahwa Surga dan Neraka itu benar adanya, akan dimasukkan Allah ke dalam surga" (Hadits diriwayatkan oleh Bukhari).

Sumber :

1. Islam: A Brief Introduction, Islamic Circle of North America, Jamaica, New York.

2. Understanding Islam and the Muslims, The Islamic Affairs Department, The Embassy of Saudi Arabia, Washington DC, 1989.

3. Badawi, Jamal, Polygamy in Islamic Law, The Muslim Students' Association of the United States & Canada.

4. Islam and Farrakhanism Compared, The Institute of Islamic Information and Education, Chicago, Illinois.

5. Jihad Explained, The Institute of Islamic Information & Education, Chicago, Illinois.

Give Your comment below

25 Bukan Lahirnya Yesus Christ

25 Desember momentum Dakwah Umat Islam
bahwa "tuhan umat kristiani" tidak lahir tanggal 25 Desember Baca :
The Plain Truth of Christmas
dan
Peringatan hari lahirnya Dewa Matahari menjadi Natal

Tiap kali 25 Desember tiba, ummat Islam terbagi-bagi dalam menyikapinya. Ada yang mengucapkan selamat Natal (bahkan ikut dalam perayaan Natal bersama), dengan alasan toleransi beragama, kerukunan hidup beragama, atau imbal balik atas ucapan selamat Idul Fitri. Ada pula yang tegas menolak dan tak mau mengucapkan selamat Natal, dengan alasan bahwa perayaan Natal terkait dengan prinsip akidah, dan bahwa MUI jelas-jelas sudah mengeluarkan fatwanya tentang haramnya mengikuti perayaan Natal bersama (fatwa tahun 1981)

(1). Banyak pula yang merasa kikuk: Kalau tak mengucapkan selamat Natal, merasa "tak enak dengan tetangga".Lebih dari duapuluh tahun sejak MUI mengeluarkan fatwa haramnya bagi ummat Islam untuk mengikuti perayaan Natal bersama; hari ini di tahun 2003, kita masih saja terus bergulat dengan definisi “toleransi beragama”. Masih saja ada media massa yang mempromosikan opini, bahwa toleransi beragama tidak mengenal batas dan dapat dicampur adukkan dengan toleransi akidah: mengikuti perayaan Natal bersama, adalah bagian wajar dari upaya untuk menyuburkan keharmonisan hubungan antar ummat beragama

(2). Sedangkan ulama’pun sudah menyatakan bahwa, -jangankan menghadiri perayaan Natal-mengucapkan selamat Natalpun haram hukumnya

(3).Haram mengucapkan selamat Natal? Ah, tidakkah ini berlebihan? Mengapa hanya sekedar turut menyampaikan rasa gembira –sebagai wujud dari rasa hormat dan cinta- kepada saudara-saudara ummat Kristen yang tengah bersuka cita merayakan kelahiran Yesus saja dilarang? Kalau begini caranya, alangkah gersangnya hidup kebersamaan bertetangga. Alangkah tak adilnya, ketika mereka dengan tulus mengucapkan selamat lebaran, kita diam saja menolak untuk membagi salam Natal....Sesungguhnya, ketika kita mengucapkan selamat Natal teriring senyuman, tuluskah hati kita berpartisipasi dalam kesuka citaan handai taulan kita ummat Kristen menyambut Natal?

Di satu pihak, kita meyakini bahwa Isa AS hanyalah seorang Nabi dan bukan Tuhan (QS 4:171; QS 19:30; QS 43:59), bahwa kita dilarang menyembahnya (QS 5:116), bahwa Isa AS tidak mati disalib (QS 4:157), dan bahwa kafirlah orang-orang yang menyatakan bahwa Isa AS itu Tuhan (QS 5:73). Dengan demikian, seberapa jujur, tulus, dan gembira kita mengucap selamat Natal kepada saudara-saudara ummat Kristen, ketika kita tahu bahwa Alloh SWT menjanjikan siksaan pedih bagi mereka yang memuja Trinitas? “Selamat Natal saudara-saudaraku, selamat jalan ke neraka,” begitukah kita hendak menyalami saudara-saudara kita yang belum paham dengan kekeliruannya?Adalah rasa sayang kita yang tulus, rasa cinta kita yang ikhlas jualah, yang seharusnya menyingkirkan segenap kegamangan sikap kita.

Diam mulut kita yang tak mau mengucapkan salam Natal, penolakan kita untuk mengikuti perayaan Natal bersama, adalah wujud kasih sayang kita yang sejati sebagai ummat Islam terhadap saudara-saudara kita ummat Kristen agar tidak terus menerus mabuk dalam ilusi tentang “Tuhan Yesus”.25 Desember, adalah momentum bagi ummat Islam menyapa kaum kerabat Kristen, dan berusaha menyadarkan, bahwa Yesus tidak dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Kepercayaan Natal 25 Desember –sebagaimana halnya dengan dogma Trinitas- merupakan hasil sinkretisme dari ajaran Paulus dengan berbagai kepercayaan kuno, antara lain Mithraisme

(4). Yesus bukanlah Tuhan. Bahwa kepercayaan Trinitas merupakan hasil evolusi panjang dari pergumulan -dan bahkan pertentangan- yang keras dan kotor di kalangan pendeta dan pengikut Kristen awal (al. perseteruan antara Arius yang pro monotheisme versus Athanasius yang pro Trinitas), dan bukan berasal dari ajaran Yesus sendiri

(5,6). Perdebatan tentang siapakah Yesus itu: Tuhan atau manusia, bahkan tidak selesai sampai sekarang. Upaya-upaya para sarjana Kristen untuk menemukan Yesus historis membentur kenyataan, bahwa hanya 16-18% dari Bibel –satu-satunya sumber sejarah bagi mereka tentang Yesus- yang dapat dianggap berasal dari Yesus (baik ucapan mau pun perbuatan)

(7).Bahwa pendiri agama Kristen sesungguhnya bukanlah Yesus, tetapi seseorang bernama Paulus dari Tarsus: Paulus yang semula merupakan musuh hebat dari para pengikut Yesus, tapi kemudian berbalik sepenuhnya menjadi “pengikut setia” Yesus, yang kemudian menyebarkan ajaran atas nama Yesus, sekalipun tidak pernah bertemu dengan Yesus, dan tidak pernah menjadi muridnya
(8, 9, 10). Paulus inilah yang memutar balik ajaran Yesus dan murid-muridnya, dari sebuah ajaran yang asal muasalnya terbatas hanya untuk kalangan Yahudi menjadi ajaran untuk orang-orang non Yahudi (Gentile) (11). Yesus datang untuk meneguhkan pelaksanaan hukum-hukum Taurat (Matius 5:17), sedangkan Paulus merubahnya

(8). Para pengikut Yesus yang sejati, yang dipimpin oleh Yakobus saudara Yesus, masih mempertahankan hukum-hukum Taurat seperti bersunat, menghindar dari makanan-makanan haram tertentu, dan berqurban, sementara Paulus menghapusnya agar adaptif bagi cita rasa pemeluk Kristen dari kalangan non Yahudi/ Romawi (8, 10).
Pauluslah juga yang merubah citra Yesus yang semula adalah manusia biasa dari Nazareth, seorang Nabi, menjadi Tuhan Romawi (11). Itu sebabnya terjadi pertentangan keras antara pengikut Yesus yang asli (Gereja Jerusalem/ Gereja Sunat) dengan Paulus (Gereja Gentile) yang antara lain tercermin dalam satu-satunya surat Yakobus di dalam kitab Perjanjian Baru
(5, 8, 9, 10).
Paulus dianggap sebagai penghianat dan murtad
(9, 10).
Sayangnya, ajaran pengikut Yesus yang asli lama-kelamaan hilang dari panggung sejarah, sementara ajaran distortif Kristen versi Paulus yang dipengaruhi tradisi Hellenistik-Yunani-Romawi justru berkembang pesat, bahkan menjadi agama resmi negara Romawi dan seluruh wilayah jajahannya sejak era Kaisar Konstantin

(9). Yang menarik, sisa-sisa pengikut Arianisme (merujuk pada Arius, seorang pemimpin gereja abad 4 M, yang menentang pendapat tentang ketuhanan Yesus, dan dengan demikian agak lebih dekat kepada ajaran Tauhid) seperti gereja Unitarian, masih bertahan hingga sekarang, meskipun harus melalui berbagai persekusi gereja Kristen. Keberadaan minoritas pengikut Arianisme di dalam tubuh ummat Kristen ini menunjukkan bukti akan sisa-sisa ajaran Yesus yang asli
(10, 12).
Tidakkah kita berkewajiban mengungkap semua fakta itu kepada kaum kerabat kita ummat Kristen? 25 Desember adalah saat yang tepat untuk “merayakan hari dakwah” dengan membagi-bagikan informasi tentang Yesus historis, seorang Nabi yang sesungguhnya membawa ajaran Islam; dalam bentuk seminar-seminar, menulis opini di media massa, menyebar pamflet, atau sekedar mengobrol santai.
Barangkali aksi-aksi seperti ini lebih jujur daripada basa-basi akrab semu salam-salaman Natal atas nama kerukunan dan toleransi beragama, tetapi hakekatnya menutup-nutupi kebenaran, dan membiarkan saudara-saudara Kristen yang kita cintai terus bergelimang di dalam kekeliruan akidah dan sejarah. Wallahu a’lam bish shawwab.

Give your comment below

bacaan yang penting buat anda

Maraji' bacaan yang penting buat anda:
1. Fatwa MUI: Perayaan Natal Bersama http://www.mui.or.id/b3_28.htm;
2. Kompas, "Belajar dari Ngepeh dan Mojowangi", Sabtu, 29 November 2003http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0311/29/UTAMA/709932.htm;
3. Dalil Dilarangnya Mengucap Selamat Natalhttp://www.syariahonline.com/konsultasi/?act=view&id=4136;
4. Saul of Tarsus, Mithraic Cults, and Christ’s Bloodhttp://www.sullivan-county.com/news/pmithra/;
5. Dr C Groenen OFM, “Sejarah Dogma Kristologi”, Yayasan Kanisius, 1988.
6. Dr Hudoyo Hupudiyo, MPH, “Sejarah Trinitas” http://sp-www.ip.titech.ac.jp/~dany/islam/trinitas.html;
7. The Jesus Seminarhttp://www.westarinstitute.org/Jesus_Seminar/jesus_seminar.html;
8. Paul the Apostle and Salvation thru Faith (12 Heresies of Christianity)http://www.sullivan-county.com/news/paul/paul2.htm;
9. Steve Mizrach, “The Dead Sea Scrolls Controversy”http://www.dreamscape.com/morgana/carme.htm;
10. Bilal Cleland, “Islam and Unitarians – The Quest for Truth and Justice (Part 1), “Salam” Mei-Juni 2003
11. Marvin Perry, “Western Civilization, Ideas, Politics, and Society”, 2nd ed., Houghton Mifflin Company, hal. 150-167 http://www.sullivan-county.com/news/mine/jesus.htm;12. Rev. Roderick M. Brown, “Celebrating Our Christian Heritage” http://www.unitarianscalgary.org/html/sermon_7.html;

Please your comment below
50.000 Murtad dalam 2 tahun

Mengapa Jurnal TANWIR PSAP Muhammadiyah mempromosikan pluralisme?

Koran “BERITA HARIAN” edisi 15 Juni 2004, yang terbit di Kuala Lumpur, memuat berita kecil yang menarik, berjudul “50.000 murtad sejak TV Satelit Dilancar”. Berita itu merupakan kutipan dari satu agensi berita asing yang menceritakan, bahwa dalam dua tahun, sejak stasiun TV Satelit dilancarkan ke Iran tahun 2002, sebanyak 50.000 orang telah memeluk agama Kristen.

Cerita tentang hal itu juga bisa dibaca di website www.christiannewstoday.com Lepas dari benar atau tidaknya berita yang disebarkan para misionaris Kristen itu, isi berita itu sendiri perlu dicermati, karena menunjukkan, bagaimana kegigihan misi Kristen di dunia Islam masih terus berjalan, dalam berbagai bentuknya. Ada yang secara halus dengan menggunakan cara-cara merusak aqidah umat Islam, menyebarkan sekularisme dan liberalisme, ada juga yang masih menggunakan cara-cara klasik seperti kelompok Pastor Hormoz, yang mengaku pernah memeluk Islam. Prestasi ini diklaim oleh Pastor Hormoz Shariat, merupakan sukses besar, sebab dalam kurun waktu tahun 1830-1979, para misionaris Kristen hanya berhasil mengkristenkan 3.000 orang dari 50 juta rakyat Iran.


50.000 Murtad dalam Dua TahunCerita tentang pemurtadan dan misi Kristen, oleh sebagian kalangan sering dianggap klise dan dianggap seolah-olah tidak ada. Tetapi, berita itu membuktikan, misi Kristen itu terus berjalan. Terutama pemurtadan di dunia Islam. Di mana saja. Termasuk di Indonesia. Inilah yang diingatkan Prof. Dr. Hamka dalam Tafsir al-Azhar, ketika beliau menjelaskan makna QS. al-Baqarah ayat 120: “Ayat ini telah memberikan pesan dan pedoman kepada kita, buat terus-menerus, sampai Hari Kiamat, bahwasanya di dalam dunia ini akan tetap terus ada perlombaan merebut pengaruh dan menanamkan kekuasaan agama.

Ayat ini telah memberi ingat kepada kita, bahwasanya tidaklah begitu penting, bagi orang Yahudi dan Nasrani meyahudikan atau menasranikan orang yang belum beragama, tetapi yang lebih penting ialah meyahudikan dan menasranikan pengikut Nabi Muhammad saw sendiri. Sebab, kalau Islam merata di seluruh dunia ini, pengaruh kedua agama itu akan hilang. Sebab, apabila akidah Islamiyah telah merata dan diinsafi, kedua agama itu akan ditelannya. Sebab pemeluk Islam berarti kembali kepada hakekat ajaran yang sejati dari Nabi Musa dan Nabi Isa. Niscaya pemeluk kedua golongan itu tidak akan senang, sebab agama yang mereka peluk itu telah mereka pandang sebagai golongan yang wajib dipertahankan. Dengan tidak usah mengkaji lagi benar atau tidak benar.”

KH. Bisri Musthafa, dari Rembang, mengingatkan dalam Kitab Tafsirnya yang berbahasa Jawa, AL-IBRIZ, ketika menjelaskan makna ayat tersebut: “Makanya, kita umat Islam, khususnya para pemimpin harus berhati-hati. Kita sudah diajar oleh Allah, bahwa pendirian orang-orang Yahudi dan Nasrani, juga golongan-golongan yang tidak senang kepada Islam, kita harus senantiasa waspada. Jangan sampai kita menuruti kemauan golongan yang bertujuan merobohkan agama Islam.” Karena itu, masalah aqidah Islamiyah, masalah Iman, dan masalah pemurtadan perlu senantiasa menjadi perhatian serius dari seluruh kaum Muslim, khususnya para ulama dan cendekiawannya.

Masalah ini lebih penting daripada masalah syari'at Islam atau masalah politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Sebab, aqidah adalah pondasi, landasan, pijakan dari seluruh bangunan Islam. Rasulullah SAW mengingatkan, dalam hadits beliau yang sangat terkenal: “Islam ditegakkan di atas lima hal: persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, penegakan shalat, penunaian zakat, pelaksanaan haji ke Baitullah, dan shaum Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim). Jadi, pondasi pertama Islam adalah dua kalimat syahadat: Tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.

Siapa pun yang menolak pilar utama Islam ini, otomatis dia tidak mendukung tegaknya bangunan Islam. Kaum Yahudi dan Nasrani, bisa saja mencoba-coba untuk menyatakan, bahwa mereka juga mengakui Allah sebagai Tuhan. Bahkan, sejak tahun 1629, terjemahan Injil Matius sudah menggunakan kata ‘Allah’ untuk Tuhan mereka. Hingga sekarang, Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, masih menggunakan kata ‘Allah’ untuk menyebut Tuhan-nya orang Kristen. Tentu saja, konsep ‘Allah’ kaum Kristen berbeda dengan konsep ‘Allah’ orang Islam. Sebagaimana halnya konsep ‘Allah’-nya orang Arab Jahiliyah juga berbeda dengan konsep ‘Allah’-nya kaum Muslim. Perbedaan konsep ini merupakan hal yang prinsip dan penting, bukan hal yang sepele, seperti anggapan sebagian orang. Dalam dunia manusia, hal semacam ini pun terjadi. Presiden Megawati Soekarnoputri adalah istri dari Taufik Kiemas. Tentu Taufik Kiemas tidak rela jika dikampanyekan dimana-mana bahwa Megawati adalah istri yang sah dari Hasyim Muzadi. Meskipun, pada hekaketnya, Megawati tetaplah Megawati dan tetap istrinya Taufik Kiemas.

Agama Islam, yang datang belakangan, memberikan koreksi keras terhadap kepercayaan kaum Kristen dan Jahiliyah Arab itu. Masalah pemberian sifat atau atribut yang tidak sepatutnya kepada Allah, atau menjadikan sekutu bagi-Nya, adalah tindakan kejahatan yang sangat serius dalam pandangan Allah SWT. Dalam surat Maryam ayat 89-91 disebutkan: “Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menyatakan bahwa Allah yang Maha Rahman mempunyai anak.” Jadi, pemberian atribut, bahwa Allah mempunyai anak, adalah satu kejahatan besar, sebagaimana disebutkan dalam al-Quranul Karim. Karena itu, seyogyanya, kaum Muslim sangat berhati-hati dalam masalah ini, agar tidak terjatuh ke dalam kemurkaan Allah.

Para ulama telah sangat berhati-hati, misalnya, agar dalam merayakan Hari Besar Agama, tidaklah perlu dicampuradukkan antara agama satu dengan agama yang lain. Bahkan Majelis Ulama Indonesia telah mengharamkan apa yang dinamakan dengan “Perayaan Natal Bersama”. Fatwa MUI itu belum pernah dicabut. Ironisnya, ada saja tokoh Islam yang jadi pejabat, yang justru senantiasa hadir dalam acara Perayaan Natal Bersama di JHCC dalam beberapa tahun belakangan ini. Seolah-olah, sudah menjadi satu keharusan, bahwa kalau mau menjadi pejabat tinggi, maka tidak dapat tidak, harus hadir dalam acara keagamaan seperti itu. Padahal, dalam setiap acara Perayaan Natal Bersama, senantiasa ditampilkan acara yang menunjukkan dan mempropagandakan Isa a.s. sebagai Tuhan Yesus, anak Allah. Kita tidak tahu, apakah setelah sang tokoh menjadi Presiden nanti, tradisi Perayaan Natal Bersama akan semakin dikembangkan? Mudah-mudahan tidak. Lebih parah lagi, sekarang dikembangkan paham yang menyamakan semua agama, yang dikenal sebagai ‘pluralisme agama’. Lucu dan ironisnya, sebagian tokoh, cendekiawan, dan organ dari organisasi Islam besar, seperti Muhammadiyah, juga ikut latah menyebarkan paham ini. Hal itu dapat kita lihat dari isi Jurnal TANWIR yang diterbitkan oleh Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah dan The Asia Foundation.

Jurnal ini beralamat di Kantor PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya No 62, Jakarta. Nama-nama yang tercantum sebagai Redaktur Ahli juga bukan orang sembarangan, seperti: Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, Prof. Dr. Din Syamsuddin, Prof. M Dawam Rahardjo, Prof. Dr. M. Amin Abdullah, dan sebagainya. Kita bisa menyimak isi edisi ke-2, Vol 1, Juli 2003, yang mengambil judul cover “Wajah Pluralis Islam Modernis”. Disebutkan, bahwa pandangan keagamaan bernuansa inklusif dan bahkan pluralis nampaknya telah dijadikan sebagai salah satu wacana pilihan kaum muda. Seorang aktivis Muhammadiyah, menulis ungkapan dalam jurnal itu sebagai berikut: “Perbedaan ‘jalan’ maupun cara dalam praktik ritual tidaklah menjadi sebab ditolak atau tercelanya seseorang melakukan ‘penghormatan’ total kepada apa yang diyakini. Perbedaan jalan dan cara merupakan kekayaan bahasa Tuhan yang memang tidak bisa secara pasti dipahami oleh bahasa-bahasa manusia… Memperhatikan hal ini, maka tidak perlu lagi mempersoalkan mengapa antara orang Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain sebagainya tampaknya ‘berbeda’ dalam ‘mencapai’ Tuhan.

Perbedaan ritual hanyalah perbedaan lahiriah yang bisa ditangkap oleh kasat mata, sedangkan hakikat ritual adalah ‘penghormatan’ atas apa yang dianggap suci, luhur, agung, dan sebagainya. Ritual-ritual hanyalah simbol manusia beragama karena mengikuti rangkaian sistematika tadi.” Juga ditulis dalam jurnal tadi: “Perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing agama pada dasarnya bersifat instrumental. Semenbtara di balik perbedaan itu, terkandung pesan dasar yang sama yakni, ketuhanan dan kemanusiaan, yang memungkinkan masing-masing agama dapat melakukan perjumpaan sejati.” Sebagai Muslim, kita patut bertanya kepada para penulis ungkapan tersebut, apakah mereka benar-benar mengkaji agama-agama yang ada dengan sungguh-sungguh.

Berapa banyak Kitab Suci yang sudah mereka baca? Dalam pandangan Islam, masalah ritual bukanlah hal yang sepele, dan perbedaan diantara agama-agama yang ada, bukan hanya perbedaan yang ‘tampaknya berbeda’, tetapi memang sungguh-sungguh berbeda. Bentuk ritual begitu penting, sehingga para ulama merumuskan kaedah, “Hukum asal ibadah adalah haram, sehingga ditemukan adanya dalil yang memerintahkannya.” Ritual dalam Islam sama sekali tidak mengandung unsur budaya atau campur tangan manusia. Ini berbeda dengan ritual agama-agama lain. Lihatlah, bagaimana beragamnya ritual dalam Kristen, dengan tata cara dan bahasa yang begitu beragam. Hari Natal, misalnya, jelas-jelas sebuah ritual yang merupakan kelanjutan tradisi paganisme di wilayah Romawi.

Orang Hindu di Malaysia merayakan dua Hari Besar, yaitu Deepavali dan Taipusam. Tetapi, orang Hindu di Indonesia merayakan Hari Besar Galungan dan Nyepi. Mestinya, kaum Muslim bersyukur dengan fenomena agamanya, yang masih begitu kokoh memelihara tradisi ritual sejak zaman Nabi Muhammad saw. Dengan begitu, kaum Muslim tidak ikut-ikutan terjebak ke dalam propaganda untuk meninggalkan dan membuang Islam, dengan slogan ‘pluralisme’. Untuk menyebarkan paham pluralisme, seorang aktivis Muhammadiyah menyarankan, agar dilakukan strategi “penyusupan wacana inklusivisme dan pluralisme” ke lembaga-lembaga Islam terbesar seperti NU dan Muhammadiyah. Dikatakan: “Ini penting, tidak saja karena lembaga ini memiliki konstituen terbesar di Tanah Air, tetapi juga karena lembaga ini memiliki ‘jaringan keumatan dan intelektual’ yang sangat luas sehingga menjadi langkah efektif untuk menyebarkan ajaran inklusivisme dan pluralisme menuju ke arah proses kesadaran umat yang inklusif dan pluralis.”

Mengapa Jurnal TANWIR PSAP Muhammadiyah mempromosikan pluralisme? Tentu ini hal yang aneh. Apakah sebab itu, maka lembaga asing seperti The Asia Foundation mau membiayainya? Apakah ini juga merupakan bagian dari “strategi penyusupan” di tubuh Muhammadiyah? Dalam seminar tentang Pemikiran Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1-2 Maret 2004, Dr. Anis Malik Toha memaparkan satu makalah tentang sejarah paham ini, terutama di lingkungan Gereja dan masyarakat Barat. Paham ini, memang dikembangkan dalam setting sosial-politik humanisme sekular Barat.

Paham ini sangat memusuhi satu sikap truth claim atau klaim atas kebenaran agamanya sendiri. Biasanya, mereka akan mengutip hasil Konsili Vatikan II, yang mempromosikan corak teologi baru, yang tidak lagi eksklusif. Padahal, Konsili Vatikan sendiri tetap memerintahkan dilakukannya proses Kristenisasi di seluruh dunia. Kita tentu patut bertanya, jika paham pluralisme ini berkembang, dan umat Islam tidak lagi meyakini Islam sebagai satu-satunya agama yang benar – sementara propaganda dan misi Kristen terus berjalan – apakah yang akan terjadi? Para penyeru paham ini di kalangan kaum Muslim mestinya menyadari hal itu. Jika ada diantara kalangan Kristen yang menganut atau menyebarkan paham kebenaran semua agama, tidaklah berarti kaum Muslim harus ikut-ikutan, sebab mereka memang mempunyai masalah yang pelik berkaitan dengan konsep Ketuhanan dan otentisitas teks Bible-nya. Jika mereka masuk ke lobang biawak, mengapa kaum Muslim harus ikut juga? Lagi pula, apa salahnya jika kaum Muslim meyakini kebenaran agamanya?

Bukankah itu merupakan hal yang wajar dan harus! Sebab, kenyataannya, Islam memang berbeda dengan Kristen, berbeda dengan Yahudi. Konsep Tuhan antara Islam dan Kristen jelas berbeda. Karena Tuhannya orang Islam tidak punya anak. Sebab itu, kita sungguh prihatin akan fenomena ini. Sementara misi Kristen terus berjalan dan proses penghancuran aqidah terus berlangsung melalui berbagai paham dan sarana, justru di kalangan organisasi Islam, muncul gerakan penghancuran aqidah Islam secara masal. Kaum misionaris Kristen dulu sadar benar, bahwa misi terberat mereka adalah ketika harus berhadapan dengan kaum Muslim. Mereka tahu letak kekuatan Islam, yaitu pada konsep tauhid-nya.

Jurnal ‘Misi Kristen’ The Modlem World, edisi Oktober 1946, memuat ungkapan J. Christy Wilson, seorang tokoh Misionaris Kristen, bahwa: “Evangelism for Mohammedans is probably the most difficult of all missionary tasks.” Tokoh misionaris Kristen, Samuel Zwemmer juga mengakui, bahwa kekuatan Islam adalah terletak dalam karakter Islam sebagai agama tauhid. “The chief factor in this problem, however, is the character of Islam itself as a theistic faith… The strength of Islam is in its tremendous and fanatical grasp on the one great truth – monotheism.” Untuk itulah, sangat bisa dipahami, jika salah satu upaya serius dari para misionaris Kristen di dunia Islam, adalah meruntuhkan fanatisme kaum Muslim terhadap Islam sebagai satu-satunya jalan kebenaran dan keselamatan. Maka, sangatlah aneh bin ajaib, jika upaya meruntuhkan keyakinan kaum Muslim itu justru di kemudian hari dilakukan oleh para tokoh Islam sendiri. Kita bisa bayangkan, andaikan Zwemmer masih hidup, ia akan tersenyum penuh kemenangan. Masalah iman dan pemurtadan adalah soal terpenting dalam kehidupan. Ini jauh lebih penting dari pesta pemilihan Presiden 2004.

Siapa pun Presiden yang terpilih nanti, kita wajib mengingatkan kepadanya, bahwa masalah iman adalah masalah terpenting, dan pemurtadan terhadap kaum Muslim adalah bahaya besar, bagi umat Islam, dan bagi bangsa Indonesia. Apa artinya bangsa ini yang mayoritasnya Muslim, jika keislaman mereka hanya tinggal nama saja? Wallahu a’lam. (KL, 17 Juni 2004/ Hidayatullah)

Tolong Berikan komentarnya dibawah ini

Mereformasi Kristologi

Mereformasi Kristologi:

Dia Tidak Mati untuk Dosa-Dosaku
Oleh: Uskup John S. Spong (Uskup Episkopal dari Newark, A.S.)

"Paham kayu salib sebagai pengorbanan bagi dosa-dosa dunia adalah ide barbar yang didasarkan pada suatu konsep primitif tentang Tuhan yang harus ditolak." [1]Pada bulan Mei 1998, ketika saya menayangkan di Internet Duabelas Tesis untuk diperdebatkan, yang diambil dari buku saya "Why Christianity Must Change or Die", saya tidak mengira betapa hebat responsnya. Perdebatan itu disambut dan dikutuk, diikuti dan dihindari oleh orang tak terhitung banyaknya. Tesis-tesis itu dikhotbahkan secara positif dan secara negatif di keuskupan ini, di Katedral St. Paul di London, di Australia, Kanada, Afrika Selatan dan Selandia Baru. Respons paling emosional adalah terhadap Tesis No.6, yang berkaitan dengan penafsiran terhadap kayu salib dan peranan Yesus dalam drama keselamatan, yang di situ saya mempertanyakan keadekuatan kalimat: "Yesus mati untuk dosa-dosaku."Kalimat itu begitu sering digunakan dalam sejarah Kristiani sehingga menjadi seperti mantra. Maksudnya, diulang-ulang tanpa penjelasan, seolah-olah maknanya sudah jelas dengan sendirinya. Tidak boleh dipertanyakan atau diperdebatkan. Sekadar dikemukakan berulang-ulang tanpa henti. Perayaan Ekaristi didasarkan padanya; banyak lagu-lagu pujian kita mencerminkannya. Namun, bagi alam pikiran modern, jika dianalisis, kalimat ini hampir tidak ada artinya sama sekali. Kadang-kadang kalimat keramat ini diperluas hingga mencakup apa yang hanya dapat digambarkan sebagai fetisisme terhadap darah yang ditumpahkan Yesus di kayu salib.Kuasa yang luar biasa telah dikenakan kepada darah "suci" itu. Orang Kristen sampai bicara tentang efek penyucian dari siraman darah itu. Sebuah lagu pujian yang saya alami dua kali selama Minggu Suci menyatakan "God on Thee Has Bled" ["Tuhan Menumpahkan Darah Atasmu"]. Kematian Yesus dikatakan merupakan sesuatu yang dituntut oleh Tuhan: suatu tebusan, suatu kurban yang dipanjatkan kepada Tuhan, suatu pembayaran yang dituntut oleh Tuhan bagi dosa-dosa dunia, harga yang harus dibayar untuk memperoleh penebusan, yang adalah pengalaman bersatu dengan Tuhan. Dalam penelitian saya, saya menyimpulkan bahwa bahasa ini --"Yesus mati demi dosa-dosaku"-- adalah distorsi penuh-kekerasan dari makna Yesus. Paham itu memberikan kepada saya suatu Tuhan yang sadistis dan haus darah. Suatu Tuhan yang kehendaknya harus dipenuhi dengan pengurbanan manusia bukanlah Tuhan yang kepadanya hati saya tergerak untuk memuja. Itu paham yang sangat buruk. Lagipula, konsep ini menjadi begitu normatif di dalam pengajaran iman kita, sehingga banyak orang merasa, jika paham tentang "karya penebusan" Yesus ini tidak diterima, maka tidak ada lagi yang tersisa dari Kristianitas. Namun, saya yakin, justru kebalikannya yang benar. Bagi saya jelas, kalau kita tidak mengekspos kualitas barbar dari tafsiran kuno terhadap makna kematian Yesus dan terhadap Tuhan yang dikatakan menuntutnya, dan menghapuskan keburukan spiritual ini dari kehidupan Judeo-Kristiani, maka Kristianitas tidak punya masa depan. Saya tidak percaya, manusia modern akan tertarik kepada suatu Tuhan yang kehendaknya harus dipenuhi dengan kurban manusia Yesus di kayu salib. Jika Kristianitas menuntut paham tentang makna kematian Yesus ini, saya tidak akan menganut iman ini lagi. Tetapi oleh karena sifatnya yang telah tertanam secara mendalam, perlawanan pasif saja tidak pernah akan efektif. Alih-alih, ide ini harus ditumbangkan secara agresif; kalau tidak, tidak akan ada sesuatu yang baru dan lebih menarik akan pernah muncul. Itulah sebabnya, saya rasa Gereja Kristen pada dewasa ini membutuhkan suatu reformasi yang baru dan kuat yang tidak boleh berhenti sampai semua doktrin inti yang paling dasar dari iman Kristiani dikaji ulang dan dirumuskan kembali.Reformasi pada abad ke-16 tidak sampai pada tugas ini, dan secara retrospektif, hanya membuat perubahan-perubahan kosmetik belaka. Reformasi baru ini harus mengguncangkan dasar-dasar pemikiran Kristiani itu sendiri. Mau tidak mau hal itu akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan besar di kalangan religius konservatif, dan akan menimbulkan amarah yang selalu muncul bila suatu ancaman terakhir dilancarkan terhadap suatu sistem kepercayaan yang sedang sekarat. Tetapi bagaimana pun juga kita harus menyambutnya, karena ia menyajikan satu-satunya kesempatan bagi iman nenek-moyang kita untuk tetap hidup menjadi iman anak-cucu kita.Paham tentang kematian Yesus sebagai kurban bagi dosa-dosa dunia, menurut pendapat saya, mewakili teologi keliru yang didesain untuk mengakomodasikan antropologi keliru yang menjadi dasarnya. Kehidupan manusia bukanlah diciptakan sebagai sesuatu yang baik yang kemudian jatuh ke dalam dosa, dan mengharuskan penyelamatan ilahi yang berpuncak di kayu salib di Kalvari, sebagaimana dikemukakan oleh mitos Kristiani tradisional. Alih-alih, kehidupan manusia telah berkembang melalui jutaan tahun sejarah evolusioner, yang tidak saja menghasilkan manusia yang tidak lengkap, melainkan juga terdistorsi oleh perjuangan untuk mempertahankan diri [survival]. Kita bukanlah malaikat yang jatuh, melainkan makhluk yang muncul dan berkembang. Kita adalah suatu karya yang tengah berlangsung, yang terus-menerus menjadi korban hakikat kemanusiaan kita yang belum tuntas. Oleh karena itu, kita tidak dapat diselamatkan dengan suatu kurban kematian dari seorang yang memanjatkan persembahan sempurna kepada suatu Ilah yang marah, kurban yang didesain untuk mengembalikan kita kepada sesuatu yang tidak pernah kita alami. Alih-alih, kita harus terpanggil oleh rahmat cinta untuk berjalan menuju taraf kesadaran lebih tinggi, suatu kemanusiaan yang baru dan lebih lengkap. Sosok Juru Selamat bagi kita tidak mungkin seorang yang membayar harga dosa-dosa kehidupan kita. Alih-alih, sosok Juru Selamat bagi pemahaman kita atas kemanusiaan haruslah seorang yang mampu memberdayakan kita untuk berkembang mengatasi keterbatasan diri kita, untuk membebaskan diri dari ketakutan-ketakutan yang mendistorsikan, dari prejudis-prejudis kita yang membutakan dan stereotipe-stereotipe kita yang mematikan, dan membawa kita ke suatu tempat yang di situ kita menemukan kemerdekaan untuk memberikan hidup kita dalam cinta kepada orang lain. Pertanyaan teologis terakhir yang mendorong reformasi baru ini adalah: apakah kita mampu menanggalkan dari Yesus penjelasan interpretatif tradisionalnya tanpa menghilangkan pengalaman yang dimiliki manusia tentang Yesus ini, yang membuat mereka berseru bahwa di dalam dia kesucian Tuhan telah dialami.Untuk melakukan ini, kita harus mengesampingkan kerangka mitologis yang telah memerangkap Yesus. Kelahiran dari perawan dan kenaikan kosmik harus dilihat sebagai sekadar bahasa interpretatif pra-modern. Berjalan di atas air dan memberi makan 5000 orang dengan lima potong roti tidak mungkin merupakan kisah nyata. Kebangkitan kembali yang dipahami sebagai resusitasi fisikal harus dilihat sebagai tradisi yang berkembang belakangan. Tetapi sekali kerangka mitologis ini dihilangkan, Yesus tidak lenyap atau menjadi sekadar guru yang baik, seperti yang ditakutkan oleh banyak orang. Alih-alih, malah muncul suatu sosok Yesus sebagai saluran transendensi, sosok manusia yang menyatu dengan sumber hidup, pengungkap sumber cinta, suatu makhluk baru yang membuat gamblang Landasan Semua Keberadaan [The Ground of All Being]. Ia adalah suatu kehadiran Ilahi, bukan suatu manusia-ilahi mitologis; suatu manusia yang lengkap, yang menjadi kehidupan yang melaluinya kuasa sepenuhnya dari realitas keilahian Tuhan dapat muncul dalam sejarah manusia.Alih-alih melihat kepada mukjizat-mukjizat yang ditafsirkan secara harfiah, kita harus mulai melihat kepada sosok manusia yang keutuhannya memanggil murid-muridnya untuk melampaui batas-batas identitas kesukuan mereka. Orang Yahudi, yang berpikir bahwa orang non-Yahudi [Gentiles] tidak pantas dianggap sebagai manusia yang boleh diakrabi dalam relasi, didorong oleh kenyataan sosok Yesus untuk pergi ke dunia non-Yahudi itu untuk memberitakan Injil, dan mereka melakukannya. Kaum agama yang ketat yang yakin bahwa kaum Samaritan, yang menjadi sasaran prejudis mereka, ditolak oleh Tuhan dan oleh karena itu pantas ditolak oleh mereka, diubah oleh Yesus. Ia mengajarkan kepada mereka, bahwa bila kaum Samaritan memenuhi panggilan Taurat untuk memberikan kasih sayang dan mempedulikan orang, mereka adalah anak-anak Ibrahim yang lebih sempurna daripada seorang ahli agama dan seorang Levi yang tega untuk melewati korban kehidupan di sisi jalan. Orang yang berpegang teguh pada aturan-aturan mana yang halal dan mana yang haram harus berhadapan dengan Yesus yang memeluk penderita kusta, membiarkan sentuhan perempuan yang sedang haid, dan menolak menghakimi orang yang dituduh berzina. Tuhan memang ada di dalam diri Kristus ini. Itulah pengalaman yang menyeruak dan perlu dijelaskan. Namun penjelasan historis telah dikemas dalam asumsi-asumsi yang tidak lagi bisa kita terima. Asumsi-asumsi ini dibentuk oleh suatu pandangan-dunia yang tidak lagi kita anut. Mereka mencerminkan pemahaman akan realitas yang tidak lagi kita miliki dan suatu tradisi pemujaan yang asing bagi tradisi kita sendiri.Orang Kristen-Yahudi abad pertama memahami kematian Yesus menurut analogi domba Paskah, yang disembelih untuk mematahkan kuasa maut. Kemudian mereka memahami dia sebagai domba baru dari Yom Kippur, yang dikurbankan untuk menebus dosa-dosa dunia. Mereka menganyam di seputar Yesus simbol-simbol liturgis kuno, tetapi tidak satu pun dari simbol-simbol ini akan efektif bagi kita. Sebaliknya, mereka malah mendorong orang untuk menjauh. Oleh karena itu, kita harus bersiap-siap untuk mengesampingkannya, untuk memperlakukannya sebagai terbatas, dan yang pada akhirnya malah menyesatkan. Yesus tidak mati untuk dosa-dosa kita! Yesus bukan kurban yang dipanjatkan kepada Tuhan untuk mengatasi kejatuhan yang tidak pernah terjadi.Kita adalah makhluk yang muncul naik ke atas, bukan makhluk yang jatuh. Yesus bukan perwujudan dari ilah teistik yang mengunjungi planit ini dengan menyaru sebagai manusia selama 30 tahun. Yesus adalah manusia, yang di dalamnya Tuhan yang bersemayam di lubuk dasar kehidupan, muncul dalam sejarah manusia dengan cara baru yang dramatis dan lengkap. Tugas bagi reformasi baru adalah membebaskan Yesus dari bahan-bahan yang mendistorsikan ini dan menampilkannya kembali dalam gambaran-gambaran baru. Tetapi kita tidak boleh kehilangan pengalaman ini. Tuhan ada di dalam Kristus. Kuasa kehidupan yang transenden, pancuran cinta yang abadi, Landasan Semua Keberadaan [Ground of All Being] yang tak terperikan yang meletup dalam kemanusiaannya yang utuh dan merdeka untuk memanggil kita ke dalam suatu kesadaran baru. Panggilan Kristus adalah panggilan untuk berjalan mengatasi keterbatasan evolusioner yang ditetapkan oleh upaya untuk mempertahankan diri. Roh Kudus Tuhan yang secara mencolok hadir di dalam Yesus --sehingga orang bilang Roh Kudus-lah yang mengandungnya--tetap merupakan rahmatnya bagi kita masing-masing.Kita yang ada di dalam Kristus dapat --seperti Kristus-- menjadi pendukung Tuhan di lingkungan kita, inkarnasi- inkarnasi baru dari kehadiran ilahi yang abadi. Kita dapat mengungkapkan sumber hidup dan cinta, yang memanggil kita dan orang lain ke dalam kepenuhan keberadaan kita. Inilah jalan yang melaluinya kita bisa bicara tentang Kristus dalam zaman kita, dan kemarilah reformasi yang akan datang dapat membawa kita. Bagi Gereja Kristen, melekat pada rumusan-rumusan harfiah dari masa lampau berarti tidak kurang dari menempuh jalan kematian. Melepaskan rumusan-rumusan itu untuk memasuki pengalaman Kristus secara baru adalah harapan untuk masa depan.Saya berdoa untuk tibanya reformasi ini, sekalipun saya menyadari bahwa bagi banyak orang ini akan tampak sebagai penghancuran apa yang mereka pikir sebagai iman Kristiani. Kita tidak boleh takut akan itu, oleh karena ia akan membawa kita kepada pembaruan dan kebangkitan kembali dan memberi kita kemampuan untuk menyanyikan kidung Tuhan dalam milenium.

Tolong Berikan Komentarnya dibawah ini

Saturday, September 6, 2008

ALLAH itu ada…

ALLAH itu ada…

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeripaman Sam kembali ketanah air.Sesampainya dirumah ia meminta kepada orangtuanya untuk mencari seorang GuruAgama, Kyai atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang yang dimaksud tersebut.
Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
Kyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda
Pemuda: Anda yakin? Sedang Profesor dan banyakorang pintar saja tidak mampu menjawabpertanyaan saya.
Kyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan:
Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya!
Apakah yang dinamakan takdir?
Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api,tentu tidak menyakitkan buat syetan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras.
Pemuda (sambil menahan sakit): Kenapa anda marah kepada saya?
Kyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.
Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit
Kyai : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
Pemuda: Ya
Kyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu !
Pemuda: Saya tidak bisa
Kyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
Kyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda: Tidak
Kyai : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan darisaya hari ini?
Pemuda: Tidak.
Kyai : Itulah yang dinamakan Takdir.
Kyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda: kulit.
Kyai : Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda: kulit.
Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: sakit.
Kyai : Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syeitan.

Tolong Berikan Komentarnya

Tanda2 kiamat

Tanda2 kiamat


1. Penaklukan Baitulmuqaddis
Dari Auf b. Malik r.a. katanya,Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Aku menghitung 6 perkara menjelang hari kiamat." Baginda menyebutkan salah 1) diantaranya, iaitu penaklukan Baitulmuqaddis." - Sahih Bukhari
~ dah mulai kan ?...
(fyi, hari ini kaum militan Yahudi sedang berusaha mengepung dan membakar masjid Al Aqsa. Palestina sedang mempertahankan. Mari k ita berdoa beroda utk kejayaan dan kemuliaan Islam)

2. Zina bermaharajalela.
"Dan tinggallah manusia2 yang buruk, yang seenaknya melakukan persetubuhan seperti himar (keledai). Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang." - Sahih Muslim
~ Dah tampak kan ?...

3. Bermaharajalela alat musik .
"Pada akhir zaman akan terjadi tanah runtuh, rusuhan & perubahan muka." Ada yang bertanya kepada Rasulullah; "Wahai Rasulullah bila hal ini terjadi?" Baginda menjawab; "Apabila telah bermaharajalela bunyian (musik) & penyanyi2 wan ita " -Ibnu Majah
~ S'pore Idol, Malaysian Idol, Akademi Fantasia, Audition dan macam macam lagi

4. Menghias masjid & membanggakannya .
Di antara tanda2 telah dekatnya kiamat ialah manusia bermegahan dalam mendirikan masjid" - Riwayat Nasai.
~ terlihat sudah masjid2 besar tanpa jamaah...

5. Munculnya kekejian, memutuskan kerabat & hubungan dengan tetangga tidak baik.
"Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan & perkataan keji, memutuskan hubungan silaturahim & sikap yang buruk dalam tetangga." - Riwayat Ahmad dan Hakim.
~ ada anak tak mengakui orang tua karena malu

6. Ramai orang soleh meninggal dunia.
"Tidak akan datang hari kiamat sehingga Allah mengambil orang2 yang baik & ahli agama di muka bumi,maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang2 yang hina & buruk yang tidak mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari kemungkaran" - Riwayat Ahmad
~ boleh k ita hitung berapa ulama besar yang tinggal..

7. Orang yang hina mendapat kedudukan terhormat.
"Di antara tanda semakin dekatnya kiamat ialah dunia akan dikuasai oleh Luka' bin Luka'(orang yang bodoh & hina). Maka orang yang paling baik ketika itu ialah orang yang beriman yang diapit oleh 2 orang mulia" - Riwayat Thabrani ~ george bush

8. Mengucapkan salam kepada orang yang dikenalnya sahaja.
"Sesungguhnya di antara tanda2 telah dekatnya hari kiamat ialah manusia tidak mau mengucapkan salam kepada orang lain kecuali yang dikenalnya saja." - Riwayat Ahmad
~ Terkadang sesama muslim kenal pun tak bertegur sapa...

9. Banyak wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. "Di antara tanda2 telah hari kiamat ialah akan muncul pakaian2 wan ita & apabila mereka memakainya keadaannya seperti telanjang". ~ Pakaian zaman sekarang ini (tube, spaghetti strap, g-string etc etc)

10. Bulan sabit kelihatan besar.
"Di antara tanda2 telah dekatnya hari kiamat ialah menggelembung (membesarnya) bulan sabit." - Riwayat Thabrani
~ Gak percaya lihat saja sendiri...

11. Banyak dusta & tidak tepat dalam menyampaikan berita .
"Pada akhir zaman akan muncul pembohong2 besar yang datang kepadamu dengan membawa berita 2 yang belum pernah kamu dengar & belum pernah didengar oleh bapa2 kamu sebelumnya, kerana itu jauhkanlah dirimu dari mereka agar mereka tidak menyesatkanmu & memfitnahmu" - Sahih Muslim –
~ coba baca majalah2 yang popular sekarang ini...

12. Banyak saksi palsu & menyimpan kesaksian yang benar.
"Sesungguhnya sebelum datang-nya hari kiamat akan banyak kesaksian palsu & disembunyikan kesaksian yang benar." -Riwayat Ahmad
~ tengok ke peperangan Iraq

13. Negara Arab menjadi padang rumput & sungai.
"Tidak akan datang hari kiamat sehingga negeri Arab kembali menjadi padang rumput & sungai2" - Sahih Muslim

Tolong Berikan Komentarnya

Adakah yang akan mendoakan kita?

Adakah yang akan mendoakan kita?

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7malam dirawat di RS di ruang ICU. Disaat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia Roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, "kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggaldunia!

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang .. . " kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali merngunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "apakah besok pagi aku sudah pulih? pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit".

Dengan lembut si Malaikat berkata, "anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktu mu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu".

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layer besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka".

Kata Malaikat, "aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu"

Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, " Tuhan, aku tau kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tau dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tau dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu, tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat".

Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat ! tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, " ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah".

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan siistri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur dikursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00".

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan.

Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tau tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri.

Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu.

Doa sangat besar kuasanya, tak jarang kita malas, tidak punya waktu, tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.
Ketika kita mengingat seorang sahabat lama / keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia, mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain...
sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.


Hidup ini sungguh sangat singkat sekali ..
Jadikan lebih bermakna dan indah dengan segala amal kebaikan kita..

Tolong berikan Komentarnya